• Menurut laporan CNBC Yun LI, miliarder pengelola dana lindung nilai John Paulson, yang dikenal karena keberhasilannya bertaruh pada pasar perumahan selama krisis keuangan, baru-baru ini memperingatkan bahwa rencana pajak Wakil Presiden Kamala Harris dapat menyebabkan kejatuhan dan resesi pasar keuangan. Paulson, pendukung mantan Presiden Donald Trump, menyampaikan kekhawatirannya dalam sebuah wawancara di program Money Movers CNBC.

Menurut CNBC, Paulson mengkritik rencana Harris untuk menaikkan tarif pajak perusahaan dari 21 persen menjadi 28 persen, pajak keuntungan modal jangka panjang dari 20 persen menjadi 39 persen, dan pajak 25 persen atas keuntungan yang belum direalisasi. Ia meramalkan bahwa penerapan kebijakan ini akan menyebabkan kejatuhan pasar dan menyatakan bahwa hal itu tidak diragukan lagi.

Harris mengusulkan pajak keuntungan modal sebesar 28% untuk keluarga dengan pendapatan tahunan $1 juta atau lebih, yang lebih rendah dari tarif 39,6% yang diusulkan oleh Presiden #Joe Biden untuk tahun fiskal 2025.

Menurut CNBC, Harris sebelumnya mendukung usulan Presiden Biden untuk mengenakan pajak sebesar 25% atas keuntungan yang belum direalisasi bagi keluarga dengan pendapatan lebih dari $100 juta, yang juga dikenal sebagai pajak minimum bagi jutawan. Namun, investor Mark Cuban dan pihak lain yang dekat dengan kubu Harris mengatakan bahwa kubu Harris tidak tertarik mengenakan pajak atas keuntungan yang belum direalisasi, dan ada keraguan bahwa usulan tersebut dapat disahkan oleh Kongres.

CNBC mencatat bahwa Paulson, yang meraup jutaan dolar dari taruhan obligasi hipotek selama krisis keuangan, juga merupakan penasihat Presiden Trump, dan gagasan tentang dana kekayaan negara AS dilaporkan telah dibahas. Paulson merupakan kontributor utama kampanye pemilihan Trump tahun 2024.

Investor tersebut juga menyatakan kekhawatiran bahwa ekonomi dapat jatuh ke dalam resesi jika pajak yang diusulkan atas keuntungan yang belum direalisasi diterapkan. Menurut CNBC, Paulson memperingatkan bahwa pajak tersebut dapat menyebabkan penjualan besar-besaran aset seperti rumah, saham, bisnis, dan karya seni, yang mengarah pada resesi.

Beberapa ekonom Wall Street yang dikutip oleh CNBC setuju bahwa menaikkan tarif pajak perusahaan dari tarif 21% yang ditetapkan selama masa kepresidenan Trump dapat merugikan laba dan harga saham S&P 500. Namun, mereka tidak memperkirakan resesi besar seperti yang dibicarakan Paulson.

Baca kami di: Compass Investments