Badan pengatur CFTC, Komite Perdagangan Berjangka Komoditas, telah menjatuhkan sanksi terhadap Falcon Labs, sebuah perusahaan pialang utama mata uang kripto yang berbasis di Seychelles, karena tindakan di pasar Amerika yang melanggar aturan.

Falcon Labs menghadapi penalti

Pengadilan federal Amerika Serikat menemukan bahwa Falcon Labs bertanggung jawab mengizinkan penduduk negara tersebut mengakses platform derivatif kripto untuk perdagangan tanpa terdaftar. Menurut laporan CFTC, selama periode mulai Oktober 2021 hingga Maret 2023, Falcon Labs menyediakan layanan perantara kepada pengguna Amerika, di mana pengguna ini menempatkan pesanan dan mengeksekusi perdagangan derivatif aset digital tanpa registrasi yang diperlukan.

Falcon Labs mulai memfasilitasi pertukaran transaksi lebih lanjut dengan menjadi pemegang akun utama perusahaan yang dikenal baik. Dalam waktu singkat, individu yang terlibat diselesaikan dengan sub-akun secara terpisah, tanpa bukti identifikasi apa pun.

Aktivitas ilegal tersebut mendorong Falcon Company untuk berhasil mengumpulkan biaya bersih sekitar $1.179.000 dari transaksi klien dalam derivatif aset virtual. Oleh karena itu, CFTC meminta pertanggungjawaban firma tersebut atas pelanggaran ini melalui denda finansial yang besar. Berdasarkan putusan tersebut, Falcon Labs harus segera menghentikan partisipasi dalam aktivitas yang tidak terdaftar ini atas nama $1.768.512 juta dalam pengembalian dan denda perdata.

Upaya kepatuhan Falcon Labs

Direktur Penegakan Hukum CFTC Ian McGinley menekankan pendekatan tegas lembaga tersebut untuk mengamankan kebenaran pasar derivatif dan memastikan bahwa siapa pun yang terlibat dalam layanan aset digital yang tidak terdaftar akan dituntut. Respons dan sistem kepatuhan regulasi Falcon Labs sangat penting bagi keberhasilannya dalam industri perawatan kesehatan.

Falcon Labs meningkatkan kontrol Manajemen Identitasnya untuk pelanggan secara preemptif. Meskipun tindakan tersebut dapat menjadi bentuk bukti komitmen Falcon Labs terhadap kepatuhan regulasi, tindakan tersebut mungkin masih belum cukup untuk membebaskan perusahaan dari konsekuensi kesalahan masa lalunya.