Poin-poin Utama
Kepolisian Kerajaan Malaysia, dengan dukungan dari Binance, memulihkan $1,6 juta dari uang tebusan penculikan sebesar $4,5 juta, yang menunjukkan kolaborasi publik-swasta yang efektif.
Penyelidik Binance menggunakan analisis transaksi blockchain yang canggih untuk melacak pergerakan aset digital, membantu mengidentifikasi tersangka utama dalam operasi kriminal lintas batas.
Kasus ini menyoroti kekuatan kerja sama lintas batas dan pentingnya kemitraan publik-swasta dalam menangani ancaman kejahatan digital yang muncul.
Dalam kasus lain tentang keberhasilan kolaborasi publik-swasta dalam memerangi kejahatan, Kepolisian Kerajaan Malaysia (RMP) telah memulihkan sekitar 7 juta ringgit Malaysia (sekitar 1,6 juta USD) dari uang tebusan 20 juta ringgit (4,5 juta USD) yang dibayarkan oleh keluarga korban penculikan setempat.
Dengan tebusan yang dibayarkan sebagian dalam bentuk uang tunai dan sebagian dalam bentuk kripto, para penyelidik Binance membantu penegak hukum melacak pergerakan aset digital, yang memungkinkan mereka mengidentifikasi tersangka utama yang terlibat dalam operasi kriminal lintas batas ini. Penyelidikan masih berlangsung, dan pihak berwenang terus mengungkap jaringan kriminal yang bertanggung jawab atas penculikan tersebut.
Menelusuri Tebusan
Pada dini hari tanggal 13 Oktober, seorang pengusaha berusia 59 tahun diculik di kota Johor saat sedang menunggu taksi untuk membawanya ke bandara. Kemudian pada hari yang sama, para penculik membebaskan korban setelah menerima uang tebusan dari keluarganya.
Para pejuang kejahatan segera bertindak. Upaya yang melibatkan RMP, lembaga penegak hukum regional lainnya, dan penyidik dari Unit Intelijen Keuangan (FIU) Binance mengungkap petunjuk penting dan mengidentifikasi tersangka dalam kasus tersebut.
Dengan memanfaatkan analisis transaksi blockchain yang canggih, tim investigasi melacak aset digital, mengidentifikasi koneksi, dan mengungkap jaringan sindikat kriminal.
ASP Nurul Aqila, Pejabat Senior di Departemen Investigasi Kejahatan Komersial (CCID) yang memiliki keahlian dalam investigasi mata uang kripto, mengemukakan, “Bantuan Binance sangat penting dalam membantu kami melacak aliran mata uang kripto dan mengidentifikasi tersangka utama lintas batas. Keahlian mereka dalam analisis blockchain memungkinkan kami untuk menentukan transaksi yang tepat dan mengikuti jejak uang, yang sangat penting dalam menangkap tersangka dan memulihkan sebagian besar uang tebusan.”
Aqila menambahkan bahwa kasus tersebut menunjukkan kekuatan kerja sama lintas batas dalam menangani ancaman kejahatan digital yang muncul.
Uang Tunai, Kripto, dan Sepasang Borgol
RMP mengungkapkan bahwa tebusan yang berhasil disita termasuk 1,95 juta ringgit ($443 ribu) dan satu juta dolar Singapura ($760 ribu) dalam bentuk tunai, serta mata uang kripto senilai 1,75 juta ringgit ($398 ribu). Bukti tambahan termasuk pistol Pietro Beretta, 250 butir amunisi aktif, dan sepasang borgol. Sejauh ini, 14 orang telah ditahan terkait kasus tersebut, dengan peran mereka diidentifikasi dalam bidang-bidang seperti logistik penculikan, pembuangan barang bukti, dan pengelolaan tebusan.
Menurut Erin Fracolli, Kepala Investigasi Global Binance, “Tim kami bekerja sama erat dengan Kepolisian Kerajaan Malaysia untuk mengidentifikasi individu yang terlibat. Kasus ini menjadi pengingat nyata bahwa mata uang kripto dapat digunakan dalam berbagai bentuk kejahatan. Kami menghimbau individu dan bisnis untuk tetap waspada dan mengambil tindakan proaktif untuk melindungi diri dari ancaman tersebut.”
Di Binance, kami berkomitmen untuk bekerja sama antara penegak hukum dan sektor swasta, memanfaatkan sumber daya dan keahlian kami untuk membantu kasus-kasus rumit seperti ini. Kami merasa terhormat telah mendukung Kepolisian Kerajaan Malaysia dalam mengamankan keadilan bagi korban dan keluarganya, Fracolli menambahkan.
Kolaborasi yang sukses ini menandai langkah maju yang signifikan dalam memerangi kejahatan terkait mata uang kripto di kawasan ini, sekali lagi menyoroti pentingnya kemitraan publik-swasta dalam menanggulangi kejahatan terorganisasi di era digital.