Industri blockchain menghadapi tantangan besar dalam mencapai kesederhanaan transaksi sehari-hari yang ditemukan dalam keuangan tradisional. Terlepas dari keamanan dan kekekalan blockchain, interaksi ramah pengguna dengan pembayaran sehari-hari menimbulkan hambatan besar. Untuk mengatasi hal ini, standar baru harus ditetapkan untuk memastikan pergerakan bebas likuiditas tanpa mengorbankan desentralisasi. Namun, keadaan komposisi blockchain saat ini, kemampuan berbagai protokol dan sistem untuk bekerja sama dan membangun secara harmonis, terfragmentasi dan terputus.

Setiap blockchain, jembatan, atau aplikasi terdesentralisasi (dApp) sering kali menciptakan solusi khusus sendiri, sehingga semakin memutus ruang dan mengurangi kemungkinan komposisi antar rantai. Kesenjangan ini menciptakan hambatan terhadap pergerakan aset dan akses likuiditas antara blockchain, aplikasi, dan platform. Standar universal baru yang signifikan harus diciptakan untuk memungkinkan retensi nilai aset tanpa mengorbankan fungsionalitas atau memerlukan konfigurasi ulang berulang kali untuk memfasilitasi pergerakan di berbagai rantai atau infrastruktur dApp.

Sumer.money adalah contoh protokol yang mengatasi tantangan komposisi ini, berupaya menjadi lapisan abstraksi aset untuk Web3 melalui aset sintetis omni-chain dan protokol pasar uang. Aset sintetis dapat secara digital mewakili aset dunia nyata dan aset digital lainnya, tanpa kehilangan nilai sebenarnya. Hal ini memungkinkan protokol seperti Sumer.money memberdayakan pengguna dengan kemampuan untuk memanfaatkan aset mereka di seluruh ekosistem blockchain.

Namun, jalan untuk menciptakan standar universal penuh dengan rintangan. Terlepas dari potensi solusi dan protokol sintetik seperti Sumer.money, transisi ke lingkungan Web3 yang ramah pengguna dan bebas dari kerumitan teknis masih merupakan tantangan yang signifikan. Prospek industri ini masih pesimistis, dengan jalan yang masih panjang untuk mencapai tingkat komposisi dan keterhubungan yang diinginkan.