Undang-undang AI yang baru di Uni Eropa (UE) akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkan data pelatihan, sehingga menimbulkan perdebatan besar mengenai hak kekayaan intelektual.

Kelahiran ChatGPT menandai tonggak penting, membuka era eksplosif AI generatif (Gen AI). Hanya dalam waktu 18 bulan, teknologi ini telah menarik investasi dalam jumlah besar dan diterapkan secara luas di berbagai bidang. AI Generatif adalah kumpulan aplikasi yang dapat dengan cepat menghasilkan konten teks, gambar, dan audio.

Namun selain manfaatnya yang besar, AI generatif juga menimbulkan banyak permasalahan hukum, terutama cerita asal usul data pelatihan, menurut Reuters.

Memahami tantangan tersebut, Uni Eropa (UE) memelopori penerbitan UU AI yang diharapkan mulai berlaku dalam 2 tahun ke depan. Salah satu poin paling penting dari undang-undang ini adalah persyaratan bahwa organisasi yang menerapkan model AI untuk tujuan umum, biasanya ChatGPT, harus mengungkapkan data pelatihan secara transparan. Secara khusus, mereka harus memberikan “ringkasan rinci” dari sumber data yang digunakan, termasuk teks, gambar, dan audio.

Peraturan ini diharapkan dapat menyelesaikan sebagian kekhawatiran mengenai pelanggaran hak cipta ketika banyak perusahaan AI dituduh menggunakan buku, film, dan karya seni lainnya secara ilegal untuk melatih AI tanpa izin penulis.

Namun, langkah ini mendapat tentangan keras dari perusahaan teknologi. Mereka percaya bahwa mengungkapkan data pelatihan seperti “mengungkap formula rahasia”, menempatkan mereka pada posisi yang dirugikan dalam persaingan yang ketat.

Matthieu Riouf, CEO Photoroom, sebuah perusahaan yang berspesialisasi dalam pengeditan foto menggunakan AI, mengatakan: "Memublikasikan data pelatihan AI seperti memaksa koki terkenal untuk mengungkapkan resep rahasianya." Pandangan ini juga mendapat persetujuan dari banyak raksasa teknologi lain seperti Google dan Meta, yang mempertaruhkan masa depan pada AI.

Tingkat detail dalam laporan transparansi ini akan berdampak besar pada startup AI kecil dan perusahaan teknologi besar seperti Google dan Meta, yang telah menempatkan teknologi ini sebagai inti dari operasi mereka di masa depan.

Selama setahun terakhir, beberapa perusahaan teknologi terkemuka, termasuk Google, OpenAI, dan Stability AI, menghadapi tuntutan hukum dari penulis yang mengklaim konten mereka digunakan secara tidak patut untuk pelatihan Model. Meskipun Presiden AS Joe Biden telah mengeluarkan beberapa perintah eksekutif yang berfokus pada risiko keamanan AI, pertanyaan tentang hak cipta belum sepenuhnya teruji. Persyaratan yang memaksa perusahaan teknologi untuk membayar pemegang hak cipta telah mendapat dukungan bipartisan di Kongres.

Di bawah tekanan opini publik, raksasa teknologi mulai "menenangkan diri" dengan serangkaian perjanjian lisensi konten dengan agensi media. Biasanya, OpenAI telah menandatangani perjanjian dengan Financial Times dan The Atlantic, sementara Google telah bergandengan tangan dengan jejaring sosial NewsCorp, Reddit.

Namun, langkah-langkah tersebut masih belum cukup untuk menenangkan opini publik. OpenAI terus mendapat kritik ketika CTO Mira Murati menolak menjawab pertanyaan apakah perusahaan menggunakan video YouTube untuk melatih Sora – alat pembuatan video AI – atau tidak. Insiden suara AI aktris Scarlett Johansson di ChatGPT versi terbaru telah meningkatkan gelombang penolakan terhadap OpenAI.

Di tengah kontroversi tersebut, Thomas Wolf, salah satu pendiri Hugging Face, angkat bicara mendukung transparansi data, namun mengakui pandangan tersebut tidak mendapat konsensus di industri.

Sementara itu, anggota parlemen Eropa juga mempunyai pandangan beragam. Anggota Kongres Dragos Tudorache, salah satu perancang UU AI, mengatakan bahwa mempublikasikan data pelatihan diperlukan untuk menjamin hak-hak pembuat konten. “Mereka berhak mengetahui apakah karyanya digunakan untuk melatih AI,” tegasnya.

Pertarungan antara transparansi data dan rahasia dagang di bidang AI menjadi lebih panas dari sebelumnya. Para ahli memperkirakan hal ini akan menjadi salah satu tantangan terbesar yang akan dihadapi para pembuat kebijakan dan dunia usaha dalam waktu dekat.