Jaksa federal telah merekomendasikan hukuman penjara lima hingga tujuh tahun untuk Ryan Salame, mantan eksekutif di bursa mata uang kripto FTX yang bangkrut.

Sementara itu, rekomendasi ini muncul sebagai bagian dari penyelidikan yang lebih luas atas kejatuhan FTX, yang telah menimbulkan dampak hukum bagi beberapa tokoh penting yang terlibat dalam skandal tersebut.

Ryan Salame menghadapi hukuman penjara karena keterlibatannya dalam kegiatan kriminal besar, termasuk pelanggaran undang-undang keuangan kampanye dan menjalankan bisnis pengiriman uang tanpa izin. Menurut memo hukuman yang diajukan ke pengadilan federal Manhattan, jaksa AS menekankan beratnya tindakan Salame, dan menggambarkan tindakan tersebut sebagai bagian dari salah satu pelanggaran dana kampanye terbesar dalam sejarah Amerika.

Jaksa menyoroti bahwa Salame memfasilitasi penerimaan FTX lebih dari $1 miliar simpanan pelanggan tanpa izin yang sesuai. Aktivitas terlarang ini berkontribusi pada keruntuhan bursa mata uang kripto yang bernilai miliaran dolar. Jaksa menyatakan bahwa hukuman penjara yang berat diperlukan untuk memastikan Salame menerima hukuman yang pantas atas kejahatannya.

Upaya Pembelaan dan Mitigasi Hukum

Tim kuasa hukum Salame menganjurkan agar hukumannya lebih ringan, yaitu tidak lebih dari 18 bulan. Mereka berpendapat bahwa Salame telah bekerja sama dengan pihak berwenang dan melakukan upaya untuk mengingatkan regulator tentang potensi penipuan dalam FTX. Pengacaranya juga menyoroti keadaannya, termasuk perlakuannya terhadap penyalahgunaan zat dan upayanya untuk memulai kehidupan baru dengan pasangan dan anaknya.

Sebagai bagian dari kesepakatan pembelaannya, Salame telah setuju untuk kehilangan aset senilai hampir $6 juta, termasuk sebuah restoran di Massachusetts. Tim kuasa hukumnya telah menyerahkan 28 surat dari teman dan keluarga ke pengadilan, yang membuktikan karakter dan kontribusinya di luar aktivitas kriminalnya. Mereka menggambarkan Salame sebagai individu yang bermaksud baik dan merupakan pemimpin yang manipulatif.

Konteks yang Lebih Luas dan Keruntuhan FTX

Ryan Salame bergabung dengan Alameda Research, saudara hedge fund FTX, pada tahun 2019 dan kemudian menjadi CEO anak perusahaan FTX di Bahamas pada tahun 2021. Perannya dalam operasi FTX, khususnya dalam memfasilitasi pengiriman uang tanpa izin, telah menjadikannya tokoh sentral dalam dampak hukum dari kasus tersebut. keruntuhan bursa.

FTX runtuh pada November 2022 di tengah tuduhan penggelapan dan penyelewengan dana pelanggan senilai miliaran dolar yang melibatkan pemiliknya dan dana lindung nilai afiliasi Alameda Research. Sam Bankman-Fried, pendiri FTX, telah dijatuhi hukuman 25 tahun penjara dan diperintahkan untuk mengganti $11 miliar.

Runtuhnya FTX berdampak luas pada industri mata uang kripto, menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap peraturan dan pengawasan yang tepat. Hukuman terhadap Salame adalah momen penting dalam upaya yang sedang berlangsung untuk mengatasi dampak hukum dan finansial dari skandal FTX.

Kasus Salame menandai hukuman pertama terhadap letnan utama Sam Bankman-Fried. Tokoh penting lainnya dalam skandal FTX, seperti Caroline Ellison, Nishad Singh, dan Gary Wang, masih menunggu hukumannya. Komunitas kripto dan regulator mengamati dengan cermat hasil dari kasus-kasus ini.

Pada awal Mei, laporan menunjukkan bahwa FTX telah mengumpulkan miliaran lebih dari yang dibutuhkan untuk menutupi kerugian terkait keruntuhannya. Perkembangan ini, yang dipuji oleh CEO FTX John Ray sebagai “hasil yang luar biasa,” menunjukkan bahwa bursa tersebut siap untuk mengganti biaya penuh lebih dari 2 juta pelanggannya. Namun, dampak hukum dan finansial dari keruntuhan FTX terus berlanjut, dengan perhatian yang besar diberikan pada bagaimana bencana keuangan berskala besar tersebut terjadi.

Postingan Ryan Salame Menghadapi 5-7 Tahun Penjara karena Perannya dalam Keruntuhan FTX muncul pertama kali di Coinfomania.