Deloitte baru saja merilis survei terhadap opini Generasi Z dan Milenial (Gen Y) dari 44 negara yang menunjukkan optimisme yang hati-hati terhadap gelombang AI di masa depan.

Laporan tahunan Deloitte yang ke-13, yang disusun pada tanggal 15 Mei, mensurvei lebih dari 22.800 Generasi Z dan Milenial (Gen Y) dari 44 negara, dengan fokus pada sikap mereka terhadap pekerjaan dan isu-isu sosial. Salah satu topik menonjol dalam laporan tahun ini adalah teknologi Generative AI (GenAI) dan dampaknya terhadap pekerjaan dan kehidupan.

Menurut survei tersebut, AI menciptakan peluang dan tantangan bagi Gen Z dan Milenial. Meskipun ada sentimen optimis, banyak orang khawatir bahwa otomatisasi yang digerakkan oleh AI akan menghancurkan banyak lapangan kerja.

Hampir sepertiga Gen Z (32%) dan Milenial (31%) meyakini GenAI akan memperbaiki situasi perekonomian nasional di tahun depan. Namun, 59% Gen Z dan 59% Generasi Milenial percaya bahwa otomatisasi akan menghilangkan lapangan kerja, dan jumlah ini meningkat menjadi 71% dan 73% di antara mereka yang rutin menggunakan GenAI.

Namun, mereka yang rutin menggunakan AI merasa bahwa teknologi ini dapat meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja, serta cara mereka bekerja. Hingga 80% Gen Z dan 84% Milenial yang rutin menggunakan AI percaya bahwa teknologi ini akan membantu mereka memiliki lebih banyak waktu dan meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja.

Namun penggunaan GenAI juga menimbulkan banyak kekhawatiran. Hampir 78% Gen Z dan 79% Milenial yang rutin menggunakan GenAI mengatakan bahwa mereka perlu mencari pekerjaan yang cenderung tidak terotomatisasi.

Selain itu, perkembangan AI juga menimbulkan kekhawatiran mengenai pelatihan ulang dan kemampuan beradaptasi. Hampir 60% Generasi Z dan 57% Generasi Milenial mengatakan bahwa perkembangan AI akan mengharuskan mereka untuk melatih kembali dan memengaruhi keputusan karier mereka. Sekitar 59% Gen Z dan 57% Generasi Milenial melaporkan rencana untuk melakukan pelatihan ulang guna beradaptasi dengan dampak karier AI.

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa, meskipun ada kemajuan positif, banyak orang masih merasa belum cukup siap menghadapi perubahan yang disebabkan oleh AI. Hanya sekitar separuh dari Gen Z (51%) dan 45% responden Milenial yang merasa bahwa perusahaan mereka memberikan pelatihan yang memadai mengenai pengetahuan AI.

Kesehatan mental juga menjadi isu besar jika berbicara mengenai dampak GenAI. Sekitar 40% Gen Z dan 35% Milenial merasa stres hampir sepanjang waktu. Banyak orang percaya bahwa perusahaan mereka berfokus pada kesehatan mental karyawan, namun perbaikan masih diperlukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung. Hanya sekitar 54% Gen Z dan 55% Generasi Milenial yang merasa nyaman membicarakan masalah kesehatan mental dengan manajer mereka.

Bagi Gen Z dan Milenial, AI bukan hanya sebuah teknologi baru namun juga merupakan faktor yang menentukan masa depan karier dan kehidupan. Pengusaha dan dunia usaha yang mendengarkan dan merespons kebutuhan-kebutuhan ini akan mampu mempertahankan angkatan kerja yang merasa puas, produktif, fleksibel, dan mudah beradaptasi.