Mengapa saya selalu mendukung orang-orang biasa dan tidak berdaya serta membenci politisi yang korup?

Nah, hari ini saya akan bercerita sedikit tentang masa kecil dan latar belakang keluarga saya.

Anda semua tahu saya seorang multi miliarder. Tapi saya katakan sebelumnya saya bekerja sebagai pengembang perangkat lunak dan menghasilkan 2000$ per bulan dan menjalani kehidupan di bawah rata-rata di New York.

Apa yang tidak saya katakan kepada Anda bahwa ayah saya juga seorang miliarder. Ayah dan ibu saya berasal dari Eropa.

Kedua orang tua saya lulus dari universitas Harvard. Ayah saya adalah seorang peneliti terkenal. Saya lahir di AS.
Ayah saya memiliki pabrik kulit di Eropa dan merek kami sangat terkenal di Amerika dan sangat terjangkau.

Suatu ketika ayah saya bertemu dengan seorang pria yang berimigrasi secara ilegal. Ayah saya memberinya pekerjaan dan menjadikannya sah. Pria itu kemudian menikah dengan bibiku. Ayah saya mengizinkan dia dan istrinya (bibi saya) untuk tinggal bersama kami.
Kami hidup bersama selama 7 tahun.

Ketika saya berumur 13 tahun, ayah saya meninggal. Sebelum meninggal, dia menyumbangkan sebagian besar uangnya ke Universitas Harvard dan badan amal setempat.

Bahkan dia menulis sebidang tanah di dekat rumah kami kepada temannya yang sedang saya bicarakan.

Tapi setelah ayahku meninggal, orang bodoh itu merampas segalanya. Bahkan rumah itu. Dia membuat dokumen palsu dan menunjukkan semua properti atas nama istrinya.

Ibuku tidak akan pergi. Dia mengajukan keluhan.
Saat kasus ini sedang berlangsung, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kami pergi. Mereka mengunci kami di sebuah kamar selama 15 hari tanpa peralatan, air, dan listrik. Mereka bahkan memasang foto dan nomor telepon ibu saya di poster yang menawarkan layanan ___.

Kemudian, mereka mengajukan keluhan yang mengatakan ibu saya melakukan ____ dan membawa laki-laki sembarangan ke rumah.
Mereka bertindak seperti tuan tanah dan kami adalah penyewa.
Meskipun secara hukum kami bisa menang, setelah semua ini ibuku pindah kembali ke AS.

Kami memiliki kehidupan yang sulit. Saya harus mengambil bantuan keuangan dari Universitas Harvard, tempat ayah saya menyumbangkan jutaan dolar beberapa tahun yang lalu.

Tapi aku tidak pernah melihat ibuku menangis. Dia selalu mengatakan bahwa Tuhan akan memberimu lebih dari yang ayahmu dan aku miliki.

Saya bisa menghubungkan cerita saya dengan orang Palestina. Saya merasa seperti saya salah satunya. Mereka dikurung di rumah mereka dengan cara yang sama seperti kami.

Itu sebabnya saya mendukung orang-orang yang tertindas 🇮🇩.