Di Belanda, studi terbaru yang dilakukan ING Research menyoroti persepsi masyarakat mengenai kecerdasan buatan (AI) dan potensi dampaknya terhadap pasar kerja. Meskipun terdapat kepercayaan luas terhadap kekuatan AI yang mengganggu, sebagian besar pekerja di Belanda tetap optimis terhadap keamanan kerja pribadi mereka.

Masalah AI dan Pasar Kerja: Dilema Belanda

Survei tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar penduduk Belanda—38%—mengharapkan AI akan menyebabkan hilangnya pekerjaan di berbagai sektor. Kekhawatiran ini mencerminkan perbincangan global mengenai peran otomatisasi dan AI dalam membentuk kembali industri, membuat tugas menjadi lebih efisien namun juga berpotensi mengesampingkan pekerja manusia. Namun, kekhawatiran umum ini sangat kontras dengan kepercayaan diri, karena hanya 1% responden yang menyatakan ketakutan akan posisi mereka yang terancam secara langsung oleh inovasi AI.

Kepercayaan Diri Pribadi Dibandingkan dengan Kekhawatiran Umum

Perbedaan mencolok ini menyoroti hubungan yang kompleks antara pemahaman implikasi AI dan penerapannya pada situasi individual. Menariknya, keakraban dengan teknologi AI tampaknya berkorelasi dengan keyakinan yang lebih besar dalam mempertahankan pekerjaan, khususnya di kalangan manajer dan teknisi. Hal ini menunjukkan persepsi bahwa memahami atau bekerja bersama AI dapat melindungi karier seseorang dari gangguan otomatisasi.

Prediksi Beragam tentang Dampak AI terhadap Pasar Tenaga Kerja

Survei tersebut juga menyelidiki prediksi bernuansa mengenai pengaruh AI pada pasar tenaga kerja. Sementara sebagian kecil responden mengkhawatirkan perpindahan yang meluas, 9% responden yang optimis mengantisipasi AI akan menciptakan peluang kerja baru. Selain itu, sekitar setengah responden memperkirakan AI akan mengubah tanggung jawab pekerjaan mereka sampai batas tertentu, yang menunjukkan kesadaran akan potensi teknologi untuk mengubah alih-alih menggantikan peran mereka.

Pengaruh Generasi dan Pengalaman terhadap Persepsi AI

Studi ING lebih jauh mengeksplorasi perbedaan antargenerasi dalam keterlibatan dengan AI, dengan mencatat penggunaan yang lebih tinggi di kalangan demografi yang lebih muda. Hal ini menunjukkan bahwa paparan dan keakraban dengan AI dapat memengaruhi persepsi manfaat dan ancamannya. Meskipun ada kecenderungan optimis dalam keamanan kerja, studi tersebut mengakui adanya tantangan dalam memanfaatkan potensi AI secara penuh, termasuk kualitas data, masalah regulasi, dan perlunya investasi substansial dalam infrastruktur dan keahlian.

Kesimpulan

Saat Belanda bergulat dengan dampak AI yang terus berkembang, survei ING Research menawarkan sekilas gambaran tentang emosi kompleks yang menyelimuti kemajuan teknologi. Sementara ketakutan akan kehilangan pekerjaan masih ada, arus bawah yang kuat berupa kepercayaan diri dan optimisme pribadi tentang peran AI di pasar kerja tetap ada. Dualitas ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan, kemampuan beradaptasi, dan keterlibatan proaktif dengan AI sebagai kunci untuk menavigasi masa depan pekerjaan di Belanda.