Menurut Bloomberg, S&P 500 tergelincir 0,5% pada hari Kamis meskipun menghabiskan sebagian besar sesi di wilayah positif. Penurunan ini didorong oleh penurunan tajam pada akhir perdagangan perusahaan teknologi besar di New York. Analis berpendapat bahwa pasar sedang mengalami rotasi signifikan dari saham teknologi ke sektor lain, terutama dipengaruhi oleh perubahan suku bunga. Namun, tidak semua pelaku pasar setuju dengan tema rotasi tersebut. Birinyi Associates Inc. tetap skeptis terhadap tren ini.

Di Asia, investor mencermati rilis data ekonomi mendatang, termasuk angka inflasi Tokyo bulan Juli, data perdagangan Thailand bulan Juni, dan angka produksi industri Singapura. Data-data ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kesehatan ekonomi kawasan dan mempengaruhi pergerakan pasar. Selain itu, investor sedang menilai arah kebijakan ekonomi di masa depan dan potensi dampaknya terhadap pasar.

Ekonom Goldman Sachs menggambarkan penyesuaian kebijakan moneter baru-baru ini sebagai 'kejutan dovish' karena waktunya yang tidak biasa. Perpanjangan pinjaman Fasilitas Pinjaman Jangka Menengah (MLF), yang biasanya dilakukan pada pertengahan bulan, dipandang sebagai langkah yang tidak terduga. Di AS, sentimen pasar masih tetap optimis. Para analis percaya bahwa selama perekonomian menghindari resesi, pasar bullish saat ini dapat berlanjut hingga tahun 2024 dan hingga tahun 2025. Mereka merekomendasikan untuk mengambil keuntungan dari kemunduran pasar apa pun selama periode ini.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik untuk hari kedua berturut-turut pada hari Kamis, sementara harga emas turun lebih dari 1%. Pergerakan ini mencerminkan penyesuaian yang sedang berlangsung di pasar komoditas sebagai respons terhadap tren ekonomi yang lebih luas dan sentimen investor.