Penulis: Jay Jo, Tiger Research
Ringkasan singkat:
Pasar Asia kompleks dan beragam, dengan berbagai regulasi dan budaya. Untuk terlibat dalam industri Web3, penting untuk memahami karakteristik masing-masing negara secara mendalam.
Asia memiliki populasi besar yang terdiri dari generasi muda dan digital native, memberikan potensi besar untuk posisinya yang unggul di pasar Web3, terutama dalam hal super aplikasi dan aplikasi konsumen.
Data on-chain menunjukkan bahwa pasar Web3 Asia sedang tumbuh, terutama tercermin dalam peningkatan penggunaan stablecoin, aktivitas pengembang, volume perdagangan di platform terdesentralisasi (DEX), dan interaksi di media sosial Web3.
1. Keragaman dan kompleksitas pasar Asia
Untuk memahami pasar Asia, pertama-tama kita harus menyadari keragaman dan kompleksitasnya. Asia memiliki lebih dari 2300 bahasa, mencakup berbagai region seperti Asia Timur Laut, Asia Tenggara, Asia Barat Daya, dan Asia Selatan, serta lebih dari 48 kerangka regulasi. Perbedaan budaya di dalam Asia sering kali lebih besar daripada perbedaan antara negara-negara Barat.
Keragaman ini juga secara mendalam mempengaruhi industri Web3 di Asia. Di Asia Timur Laut, setiap negara memiliki cara unik: China menerapkan regulasi ketat, Korea Selatan menggabungkan regulasi dengan dukungan inkubasi, sementara Jepang mendorong perkembangan Web3 melalui inisiatif pemerintah. Kombinasi unik ini di Asia memerlukan strategi yang disesuaikan dan pemahaman yang mendetail untuk mencapai kesuksesan.
2. Fondasi pertumbuhan yang kuat di Asia
Keragaman Asia membawa tantangan, namun pentingnya tidak bisa diabaikan. Kawasan ini memiliki lebih dari 60% populasi dunia, menyumbang 34% dari GDP global, dan tumbuh dengan laju 3,6%, melampaui Amerika Utara dan Eropa.
Asia berada di posisi terdepan dalam industri Web3, terutama karena tiga alasan:
Pertama, Asia memiliki basis pengguna cryptocurrency yang besar, dengan sekitar 60% pengguna cryptocurrency global (320 juta orang) berasal dari kawasan ini, yang sebagian besar didorong oleh populasi muda dan digital native (sumber data: Triple-A).
Kedua, Asia menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam aktivitas perdagangan: pada awal 2024, volume perdagangan berbasis won Korea Selatan melampaui volume perdagangan dolar AS, dan baru-baru ini lebih dari setengah lalu lintas situs BN juga berasal dari Asia.
Terakhir, Asia memiliki bakat teknis yang kuat, termasuk 50 juta pengembang GitHub dan 40% pengembang game Web3 di dunia.
3. Keunggulan pasar Web3 Asia: berorientasi pada konsumen dan super aplikasi
Untuk mempopulerkan industri Web3, kuncinya adalah mengembangkan aplikasi konsumen yang mudah digunakan oleh masyarakat luas; hanya membangun infrastruktur teknologi tidaklah cukup. Ini mirip dengan jalur perkembangan internet di masa lalu, di mana aplikasi pembunuh seperti email mendorong adopsi internet yang cepat. Dengan cara yang sama, Web3 diperkirakan akan menjadi populer melalui aplikasi konsumen yang dapat dengan mudah terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari.
Asia menonjol dalam dua aspek. Pertama, Asia berada di garis depan inovasi yang berorientasi pada konsumen. Hingga Oktober 2024, 42% perusahaan unicorn Asia adalah perusahaan B2C, proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa (sumber data: CB Insights). Keunggulan ini berasal dari populasi digital native yang besar di Asia dan sistem pembayaran seluler yang canggih. Pendekatan pengembangan yang didorong oleh konsumen membuat Asia berpotensi menjadi pusat aplikasi Web3 baru.
Keunggulan kedua Asia terletak pada ekosistem super aplikasi yang unik. Platform terkemuka seperti WeChat, Alipay, Kakao, Line, dan Grab awalnya adalah aplikasi layanan tunggal, kini telah berkembang menjadi ekosistem digital yang komprehensif. Super aplikasi ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari jutaan pengguna, mencakup berbagai layanan seperti pembayaran, belanja, dan hiburan.
Blockchain TON menunjukkan potensi penggabungan Web3 dengan super aplikasi. Dengan menambahkan fitur Web3 ke aplikasi sosial populer Telegram, jumlah pengguna meningkat pesat berkat kemudahan akses. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa super aplikasi dapat menurunkan hambatan untuk memasuki Web3. Memperkenalkan layanan baru dalam lingkungan yang dikenal pengguna akan mendorong adopsi Web3.
4. Analisis pasar Web3 Asia berbasis data
Pasar Asia menunjukkan potensi yang kuat, tetapi analisis berdasarkan ekspektasi dan indikator mungkin terlalu dangkal. Melalui analisis data on-chain terhadap aktivitas pengguna yang nyata, sangat penting untuk memahami pasar secara mendalam.
Kebijakan stablecoin Jepang yang terus berubah menyoroti perlunya analisis mendalam. Meskipun pedoman stablecoin diperkenalkan pada Juni 2022, dan amandemen hukum pada 2023 memungkinkan penerbitan stablecoin, belum ada dampak on-chain yang signifikan. Ini disebabkan oleh terbatasnya skenario aplikasi dan hambatan regulasi untuk menerbitkan stablecoin berbasis trust di blockchain publik. Untuk menjembatani kesenjangan antara kebijakan dan adopsi, analisis on-chain yang lebih mendetail perlu dilakukan.
Selanjutnya, kita akan mengevaluasi apakah pertumbuhan yang diperkirakan untuk pasar Asia sedang terwujud melalui analisis data on-chain.
4.1. Stablecoin di Asia
Penggunaan stablecoin di pasar Asia terus meningkat. Tren ini sangat penting karena stablecoin adalah salah satu produk yang paling sesuai dengan pencocokan pasar Web3. Data on-chain menunjukkan bahwa volume transfer stablecoin di kawasan Asia telah melonjak mendekati $8 miliar, dengan proyeksi volume transaksi akan terus meningkat dari 2022 hingga 2024.
Stablecoin yang dipatok pada mata uang fiat sedang menciptakan lebih banyak skenario aplikasi nyata. Stablecoin yang didukung oleh beberapa mata uang lokal telah muncul, seperti XSGD dari Singapura dan XIDR dari Indonesia. Misalnya, XSGD terhubung dengan layanan seperti Grab, mendorong aplikasi nyata. Pendekatan lokal ini dan integrasi dengan layanan nyata sedang meningkatkan volume perdagangan stablecoin. Pertumbuhan yang berkelanjutan menunjukkan bahwa pasar Asia mengalami perubahan struktural, bukan sekadar tren jangka pendek.
4.2. Aktivitas on-chain pengembang Asia
Partisipasi pengembang Asia dalam pengembangan kontrak pintar terus meningkat. Data on-chain dari jaringan utama Ethereum dan jaringan uji (Goerli dan Sepolia) mengonfirmasi tren ini.
Pada tahun 2024, pengembang Asia telah menciptakan sekitar 1,7 juta kontrak di jaringan uji ini, jumlah yang jauh melebihi aktivitas di Amerika Utara dan Eropa. Sejak 2022, laju pertumbuhannya sangat cepat, dan tren serupa juga terlihat di jaringan utama Ethereum. Pangsa Asia dalam pembuatan kontrak meningkat dari 4% pada tahun 2020 menjadi 40% pada tahun 2024.
Perubahan ini menyoroti dua tren. Pertama, pengembang Asia sedang mendorong inovasi blockchain. Kedua, pengembangan blockchain sedang berkembang dari asal-usul Barat ke seluruh dunia. Aktivitas jaringan uji yang sangat aktif mencerminkan eksperimen yang positif, dan menunjukkan bahwa pengembang Asia adalah kontributor kunci untuk masa depan Web3.
4.3. Partisipasi investor ritel Asia di perdagangan platform terdesentralisasi (DEX)
Data perdagangan Uniswap menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dari Asia. Dari 2021 hingga 2024, Asia terus mendominasi proporsi signifikan dari total volume perdagangan. Selama periode ini, aktivitas perdagangan meningkat secara stabil.
Yang lebih menarik adalah perbedaan tingkat partisipasi antara berbagai jenis investor di Asia. Ketika kita membagi ukuran perdagangan menjadi paus (di atas $100.000), hiu ($10.000–$100.000), dan udang kecil (di bawah $10.000), kita dapat mengamati perubahan yang signifikan. Pada tahun 2021, investor udang kecil memiliki proporsi yang kecil dalam volume perdagangan. Namun pada 2024, mereka mengalami peningkatan yang stabil dalam jumlah dan proporsi perdagangan. Perubahan ini adalah sinyal positif yang menunjukkan bahwa pengguna di pasar Asia semakin banyak menggunakan layanan Web3. Mereka tidak hanya berpartisipasi dalam perdagangan di platform perdagangan terpusat (CEXs), tetapi juga aktif di platform perdagangan terdesentralisasi (DEXs).
4.4. Aktivitas pengguna Asia di jaringan sosial Web3 Farcaster
Aktivitas pengguna Asia di Farcaster mulai menarik perhatian ekosistem Web3. Analisis pengguna aktif harian (DAU) menunjukkan bahwa tingkat aktivitas pengguna Asia melebihi Amerika Utara dan Eropa. Meskipun bahasa Inggris adalah bahasa utama di Web3, penggunaan bahasa lokal seperti Vietnam, Mandarin, Jepang, dan Korea terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Web3 di Asia sedang terjadi, dan bukan sekadar ekspektasi. Asia berada di posisi terdepan dalam penggunaan Web3.
5. Kesimpulan
Pasar Asia beragam, dengan perbedaan regulasi, budaya, dan praktik yang unik di setiap negara. Kompleksitas ini membawa tantangan dan peluang bagi Web3. Memahami peran unik setiap negara sangat penting. Data on-chain mengungkap perilaku pengguna yang nyata, menunjukkan potensi pasar Web3 di Asia.
Analisis regional berbasis data on-chain sangat penting untuk pertumbuhan ekosistem. Kemajuan dalam sertifikat digital dan analisis regional akan meningkatkan akurasi wawasan perilaku pengguna. Alat-alat ini akan membantu memahami dengan lebih jelas latar belakang dan preferensi regional pasar Web3 Asia.
Sumber artikel: https://reports.tiger-research.com/p/dunecon2024-asia-eng