Dalam analisis terkini, pakar ekonomi ING telah mengidentifikasi titik kritis bagi ekonomi global. Laporan mereka menunjukkan bahwa masa depan keuangan dunia bergantung pada tiga faktor penting: kemungkinan resesi AS, hasil tantangan pasar properti Tiongkok, dan lintasan ketegangan geopolitik internasional. Berdasarkan variabel-variabel ini, ING menyajikan dua skenario yang kontras untuk lanskap ekonomi global.

Skenario 1: Jalan Menuju Pemulihan

Pandangan optimistis membayangkan sebuah dunia di mana ketakutan ekonomi mereda dan pertumbuhan ekonomi terjadi:

  • Ketahanan Ekonomi AS: Meskipun prakiraan pesimistis, ekonomi Amerika menunjukkan kekuatan yang tak terduga. Kinerja perusahaan yang kuat dan neraca yang sehat membantu mengatasi badai kenaikan suku bunga sebelumnya. Pasar kerja melampaui ekspektasi, dengan pengangguran turun di bawah 4%. Potensi kemenangan Partai Republik dalam pemilihan mendatang, termasuk kepresidenan Trump, dapat menyebabkan pemotongan pajak yang merangsang pertumbuhan, meskipun dengan kemungkinan peningkatan inflasi.

  • Kebangkitan Tiongkok: Melalui kombinasi intervensi pemerintah yang agresif dan sektor real estat yang bangkit kembali, Tiongkok berhasil melampaui pertumbuhan tahunan sebesar 5%. Semangat baru ini meningkatkan kepercayaan dan belanja konsumen, sehingga menciptakan dampak positif pada ekonomi global.

  • Meredakan Ketegangan Global: Penurunan eskalasi konflik Timur Tengah atau kemajuan dalam penyelesaian krisis Ukraina dapat menstabilkan arena politik internasional. Hal ini, ditambah dengan permintaan Tiongkok yang kuat, dapat menguntungkan industri Eropa, khususnya produsen Jerman yang akan memperoleh keuntungan signifikan.

Skenario 2: Momok Resesi

Sebaliknya, faktor-faktor yang sama dapat menyebabkan hasil yang kurang baik:

  • Kerapuhan Ekonomi AS: Ketahanan ekonomi AS yang dirasakan mungkin terbukti ilusi, yang menyebabkan menurunnya keyakinan konsumen dan perusahaan, dan selanjutnya penurunan pengeluaran dan investasi.

  • Masalah Properti Tiongkok yang Berkelanjutan: Meskipun ada berbagai upaya pemerintah, pasar real estat Tiongkok terus mengalami kesulitan, yang melemahkan sentimen konsumen dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

  • Kejutan Harga Minyak: Meningkatnya konflik di Timur Tengah, yang berpotensi menyebabkan blokade Selat Hormuz, dapat menyebabkan harga minyak naik dua kali lipat. Hal ini akan memicu lonjakan inflasi, yang mendorong ekonomi AS dan Zona Euro ke dalam resesi.

Dalam skenario pesimistis ini, bank sentral akan menghadapi dilema yang menantang: mendukung permintaan ekonomi meskipun ada tekanan inflasi, atau memprioritaskan pengendalian inflasi dengan risiko memperdalam resesi. Pilihan yang mungkin untuk berfokus pada inflasi dapat memperburuk kemerosotan ekonomi, yang menyebabkan hilangnya lapangan kerja secara luas dan akhirnya memaksa bank sentral untuk memangkas suku bunga.

#ING #usa #China #oil #BTCUptober