Di masa perang, pasar tradisional biasanya mengalami volatilitas tinggi dan ketidakstabilan ekonomi. Mata uang kripto seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) dapat berfungsi sebagai aset alternatif bagi investor yang ingin melindungi diri dari devaluasi mata uang fiat atau jatuhnya pasar saham.

Sifat kripto yang terdesentralisasi dapat menjadikannya pilihan yang menarik selama konflik, di mana pemerintah dapat memberlakukan kontrol modal, menyita aset, atau membekukan rekening bank. Orang-orang mungkin beralih ke kripto untuk mentransfer dana atau menyimpan kekayaan di luar pengawasan pemerintah.

Dampak Perang Dunia 3 pada Industri Kripto

Negara-negara yang menghadapi sanksi internasional (seperti dalam konflik sebelumnya) mungkin menggunakan mata uang kripto untuk menghindari sistem keuangan global. Misalnya, Rusia dan Iran telah menjajaki mata uang kripto sebagai cara untuk menghindari sanksi AS. Konflik global dapat mempercepat tren ini.

Bursa kripto, dompet, dan jaringan blockchain dapat menjadi target dalam perang siber. Peretas dari aktor negara mungkin mencoba mengganggu infrastruktur keuangan negara musuh dengan menargetkan platform kripto atau mencuri dana.

Perang sering kali menyebabkan kekurangan sumber daya, termasuk energi. Karena mata uang kripto seperti Bitcoin membutuhkan energi yang signifikan untuk penambangan, krisis energi global yang dipicu oleh perang dapat memengaruhi profitabilitas dan kelangsungan operasi penambangan kripto.

Perang Dunia 3 Dapat Meningkatkan Permintaan Kripto

Sementara beberapa mata uang kripto dapat berkembang pesat selama ketidakstabilan, mata uang kripto lainnya mungkin mengalami peningkatan volatilitas. Investor dapat berbondong-bondong ke stablecoin seperti USDT atau USDC, yang dipatok pada mata uang fiat, di saat ketidakpastian global yang ekstrem.

#WORLDWARIII #WW3 #BTC #Bitcoin #Write2Earn!

$BTC
$BNB
$SOL