Perdana Menteri Jepang terbaru - Shigeru Ishiba.

Orang yang bisa menyebabkan jatuhnya Nikkei setelah menjabat, pemberontak Abenomics.

Apakah orang yang sangat memisahkan Jepang dan Amerika adalah raja atau kehancurannya?

Setelah secara tak terduga memenangkan pemilu, ia akan menjabat pada Oktober 2024, menggantikan Fumio Kishida.

Kepemimpinan Ishiba melambangkan perubahan penting dalam kebijakan politik dan ekonomi Jepang. Begitu berita terpilihnya dia keluar, penurunan Indeks Nikkei dengan jelas menunjukkan bahwa mungkin ada perubahan dalam kebijakan keuangan dan ekonomi.

Secara khusus, ia dianggap melepaskan diri dari kebijakan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe.

Melihat kembali Abenomics, strategi intinya disebut “tiga anak panah”, termasuk pelonggaran moneter (QE), stimulus fiskal, dan reformasi struktural. Ketiga bagian ini bekerja sama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menghindari situasi deflasi jangka panjang di Jepang.

Kebijakan ekonomi baru Shigeru Ishiba mengkritik kebijakan pelonggaran moneter radikal Bank of Japan selama dekade terakhir dan percaya bahwa kebijakan suku bunga rendah jangka panjang mungkin perlu ditinjau ulang. Dia mengusulkan kemungkinan pengetatan moneter, yang berarti Jepang mungkin memasuki siklus kenaikan suku bunga.

Ia mendukung kenaikan pajak, khususnya atas pendapatan perusahaan dan investasi, untuk mengatasi masalah utang pemerintah yang semakin meningkat. Hal ini menandakan preferensinya terhadap tanggung jawab fiskal, yang mungkin akan mendapat penolakan dari dunia usaha dan investor.

Reformasi ekonomi: Ishiba menyerukan reformasi struktur ekonomi Jepang untuk mengurangi ketergantungan pada pertumbuhan yang didorong oleh utang. Strateginya mencakup menilai kembali kebijakan industri Jepang, dan kemungkinan mendorong pengembangan kemampuan mandiri di bidang tertentu.

Ia kemungkinan besar akan mempromosikan investasi di bidang pertahanan dan teknologi, yang sesuai dengan latar belakang kepemimpinannya yang berorientasi pada keamanan. Selain itu, peningkatan anggaran pertahanan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2027.

Dampaknya terhadap pasar saham saat ini tidak optimis. Tapi juga terus mengawasinya selama beberapa bulan ke depan. Pasar telah menunjukkan beberapa volatilitas atas ketidakpastian kebijakan-kebijakannya, terutama karena kekhawatiran mengenai kemungkinan pengetatan moneter dan kenaikan pajak perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang mendapat keuntungan dari kebijakan suku bunga rendah Bank of Japan, terutama perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor dan teknologi, kemungkinan besar akan terkena dampaknya.

Namun, sektor-sektor yang selaras dengan prioritas kebijakan Ishiba, seperti pertahanan, infrastruktur, dan teknologi, kemungkinan besar akan memperoleh manfaat dan tumbuh berkat prioritas investasi pemerintah.