Kisah terkenal tentang bagaimana Manhattan dijual kepada Belanda hanya seharga 24 dolar merupakan perpaduan menarik antara sejarah dan mitos. Pada tahun 1624, Perusahaan Hindia Barat Belanda mengirim para pemukim untuk menjelajahi dan membangun pijakan di tempat yang sekarang disebut Manhattan. Pada tahun 1626, pejabat Belanda Peter Schaghen menulis tentang pembelian Pulau Manhattan dari penduduk asli Amerika Lenape seharga 60 gulden, yang setara dengan sekitar 24 dolar pada saat itu (sekitar 700 dolar saat ini). Momen ini menandai dimulainya koloni Belanda di New Amsterdam, yang kemudian menjadi Kota New York.

Pengaruh Belanda pada perkembangan awal wilayah ini terlihat jelas dalam arsitektur dan nama-nama tempat, seperti Brooklyn, Harlem, dan Wall Street. Awalnya, wilayah ini jarang penduduknya, tetapi seiring berkembangnya perdagangan bulu dan kedatangan para pemukim dari berbagai negara Eropa, New Amsterdam menjadi lebih beragam. Pada pertengahan abad ke-19, populasinya meningkat pesat, dan pada tahun 1910, Manhattan telah dihuni oleh lebih dari dua juta orang.

Perubahan New Amsterdam menjadi New York terjadi pada tahun 1664 ketika Inggris mengambil alih kendali, mengganti namanya untuk menghormati Duke of York. Meskipun terjadi pergantian kekuasaan, Belanda meninggalkan warisan abadi dalam desain perkotaan, budaya, dan perdagangan kota tersebut.

Saat ini, distrik keuangan ikonik Manhattan, Wall Street, berdiri di tempat orang Belanda dulu berdagang bulu. Evolusi dari pemukiman kecil yang dibeli dengan harga yang terjangkau menjadi salah satu kota paling berpengaruh di dunia mencerminkan sejarah kota yang mendalam dan pertumbuhannya yang dinamis selama berabad-abad.