Bitcoin sempat turun di bawah $56,000 kemarin dan sekarang kembali ke $58,000. Saham raksasa teknologi Nvidia anjlok hampir 10%, memicu penurunan di seluruh sektor teknologi. Gejolak di pasar saham AS dengan cepat menyebar ke pasar mata uang kripto, menyebabkan penurunan tajam harga Bitcoin. Penurunan harga Bitcoin segera menyebar ke seluruh pasar mata uang kripto, terutama altcoin, yang juga mengalami koreksi harga yang signifikan. Ethereum menguji dukungan $2,300 pada gelombang ini. Kami telah berulang kali membahas sebelumnya bahwa $1.900-$2.300 adalah peluang pembelian yang lebih baik.
Ada dua alasan utama di balik anjloknya Nvidia dan pasar saham AS. Pertama, munculnya kembali kekhawatiran terkait resesi yang memicu sentimen negatif di pasar. Kedua, ada rumor bahwa Departemen Kehakiman AS telah mengajukan gugatan antimonopoli terhadap Nvidia. Gugatan ini memicu kepanikan pasar dan langsung menyebabkan anjloknya harga saham Nvidia. Saham-saham teknologi lainnya pun tak luput mengikuti kemerosotan Nvidia. Namun Nvidia membantahnya dan mereka tidak menerima panggilan pengadilan.
Data manufaktur ESAM AS menunjukkan kekhawatiran resesi AS masih ada. Kinerja ekonomi yang lemah ini menyebabkan banyak investor yang kembali ke pasar setelah liburan di bulan Agustus tidak memilih untuk membeli, namun untuk lebih memastikan kelemahan pasar dan mengambil strategi penjualan, sehingga memperburuk penurunan pasar.
Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan juga menjadi faktor penting penyebab gejolak pasar global. Bank of Japan sekali lagi menegaskan kemungkinan menaikkan suku bunga dan mengatakan bahwa jika harga terus naik dan perekonomian Jepang membaik, maka mereka akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Pengumuman kebijakan tersebut menyebabkan yen menguat, yang pada gilirannya berdampak luas pada pasar keuangan global, khususnya memperburuk kerugian pada Bitcoin, S&P 500, dan Nasdaq.
Faktor politik juga tidak bisa diabaikan. Kemungkinan Trump untuk terpilih semakin meningkat, dan perubahan situasi politik ini memicu kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan ke depan.