Tantangan berat dan strategi untuk mengatasi pertumbuhan populasi negatif di Tiongkok

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok menghadapi masalah demografi yang serius. Pada paruh pertama tahun 2021, jumlah bayi baru lahir mengalami penurunan sebesar 17%. Berlanjutnya tren ini akan menyebabkan jumlah kelahiran sepanjang tahun turun di bawah 10 juta. Sebagai perbandingan, jumlah kematian di Tiongkok pada tahun 2020 telah melampaui 10 juta jiwa. Data ini menunjukkan bahwa Tiongkok mungkin telah memasuki tahap pertumbuhan populasi negatif, lebih dari sepuluh tahun lebih awal dari perkiraan awal periode pertumbuhan negatif pada tahun 2030 hingga 2050. Perubahan populasi Tiongkok ini tidak hanya mengungkap permasalahan sosial yang mengakar, namun juga memberikan tantangan bagi pembangunan negara tersebut di masa depan.

1. Fenomena struktur penduduk piramida terbalik

Dengan kemajuan masyarakat dan perubahan konsep, konsep perkawinan dan persalinan mengalami perubahan yang drastis. Menurut statistik, jumlah pernikahan terdaftar di Tiongkok turun menjadi 8,131 juta pasangan pada tahun 2020, penurunan dibandingkan tahun lalu sebesar 12,2%. Pada saat yang sama, tingkat pernikahan pada generasi pasca-90an kurang dari 10%, dan lebih dari 30% generasi pasca-90an yang menikah telah bercerai. Data menunjukkan bahwa tingkat pernikahan di Tiongkok telah menurun selama tujuh tahun berturut-turut selama tujuh tahun terakhir. Berdasarkan data sensus nasional ketujuh, jumlah kelahiran pada tahun 2020 sebanyak 12 juta jiwa, turun 5,86 juta jiwa dari 17,86 juta jiwa pada tahun pertama penerapan kebijakan “universal dua anak”, dan angka kesuburan terus meningkat. jatuh.

2. Peringatan tingkat kesuburan

Pada tahun 2020, tingkat kesuburan total Tiongkok turun menjadi 1,3, jauh di bawah garis peringatan internasional sebesar 1,5, menjadikannya peringkat kesepuluh terendah di dunia. Para ahli memperkirakan bahwa jika tren ini tidak diatasi, populasi kelahiran di Tiongkok akan turun di bawah 10 juta dalam waktu lima tahun. Secara khusus, prediksi ekonom Ren Zeping menunjukkan bahwa tanpa tindakan yang efektif, Tiongkok akan segera memasuki tahap pertumbuhan populasi negatif. Prediksi ini telah memicu kekhawatiran luas mengenai masa depan perekonomian dan masyarakat.

3. Keseriusan realitas

Pada paruh pertama tahun 2021, jumlah kelahiran di 13 provinsi dan kota di seluruh negeri turun sebesar 17,2% dibandingkan tahun lalu. Penurunan yang lebih signifikan terjadi di beberapa daerah, seperti Kabupaten Yutai, Provinsi Shandong yang turun sebesar 30,49%, dan Distrik Hongze, Kota Huai'an, Provinsi Jiangsu bahkan turun sebesar 61,11%. Data ini menunjukkan bahwa penurunan angka kelahiran telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pakar Liang Jianzhang dan pakar lainnya juga menunjukkan bahwa data jumlah kematian di Tiongkok pada tahun 2020 belum dirilis, namun berdasarkan data tahun 2019 dan tren peningkatan kematian dari tahun ke tahun, jumlah kematian tahun ini mungkin telah melebihi 10 juta, menandai angka kematian tertinggi di dunia. titik balik dalam waktu dekat dari pertumbuhan populasi negatif Tiongkok. Pertumbuhan negatif ini tidak hanya berdampak pada struktur sosial, namun juga memperburuk banyak permasalahan ekonomi dan sosial.

4. Respons kebijakan dan tantangan praktis

Untuk menghadapi penurunan angka kesuburan, pemerintah Tiongkok telah mengambil serangkaian langkah, termasuk kebijakan “universal dua anak” pada tahun 2016 dan “kebijakan tiga anak” yang diluncurkan pada tahun 2021. Penerapan kebijakan-kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai urgensi peningkatan angka kesuburan. Namun dampak kebijakan tersebut tidak sebesar yang diharapkan.

Ekspektasi yang terlalu optimis dari para pengambil kebijakan telah melewatkan peluang terbaik untuk meningkatkan angka kesuburan. Misalnya saja, kebijakan yang diterapkan pada tahun 2016 mengharapkan tingkat kesuburan dapat dipertahankan pada angka 1,8 pada tahun 2030, namun tingkat kesuburan total telah turun menjadi 1,3 pada tahun 2020, jauh di bawah target. Saat ini, pemerintah menyadari bahwa jika terus menerapkan kebijakan yang ada, mungkin tidak akan mampu menyelesaikan masalah pertumbuhan penduduk yang negatif.

6. Akar permasalahan dan strategi solusinya

Pakar kependudukan Liang Jianzhang dan ekonom Ren Zeping telah mengusulkan beberapa solusi yang lebih praktis. Liang Jianzhang menyarankan untuk memberikan diskon pembelian rumah kepada keluarga dengan banyak anak untuk mengurangi biaya perumahan, yang akan membantu meringankan tekanan perumahan. Ren Zeping menyarankan pemberian subsidi dana pendidikan kepada keluarga dengan tiga orang anak untuk meringankan beban pengeluaran pendidikan. Saran-saran ini menjawab permasalahan-permasalahan praktis yang saat ini dihadapi oleh keluarga-keluarga muda dan mungkin memiliki dampak positif terhadap peningkatan angka kesuburan.

Namun, untuk benar-benar meningkatkan angka kesuburan, kebijakan perlu melakukan reformasi mendalam di banyak aspek. Misalnya, tingginya biaya perumahan dan biaya pendidikan menjadi faktor penting yang membuat generasi muda enggan memiliki anak. Menurut data, harga rumah di Tiongkok telah mencapai tingkat yang tinggi, dan banyak keluarga muda menghadapi tekanan yang sangat besar untuk membeli rumah. Di saat yang sama, biaya pendidikan anak juga sangat tinggi sehingga semakin menambah beban keuangan keluarga. Oleh karena itu, penyelesaian permasalahan praktis ini dan pengurangan biaya perumahan dan pendidikan merupakan cara mendasar untuk meningkatkan angka kesuburan.

7. Kesimpulan

Pertumbuhan populasi negatif di Tiongkok telah menjadi tantangan besar bagi pembangunan nasional. Meskipun pemerintah telah mengambil sejumlah kebijakan untuk mengatasi permasalahan ini, kenyataan menunjukkan bahwa penyesuaian kebijakan saja belum tentu mampu menyelesaikan permasalahan secara mendasar. Di masa depan, Tiongkok perlu melakukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan jaminan sosial, mengurangi biaya hidup, dan memberikan dukungan yang lebih substantif agar dapat secara efektif menangani tantangan berat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan penduduk yang negatif. Melalui reformasi kebijakan yang komprehensif dan pembentukan sistem dukungan sosial, Tiongkok dapat mempertahankan pembangunan berkelanjutan di era perubahan demografis ini.