TLDR

  • Ray Kurzweil memperkirakan AI akan mencapai kecerdasan tingkat manusia pada tahun 2029 dan Singularitas akan terjadi pada tahun 2045

  • Kurzweil membayangkan manusia bergabung dengan AI melalui antarmuka otak-komputer dan nanobot

  • Ia yakin AI akan meningkatkan kualitas hidup secara drastis, namun ia juga menyadari potensi risikonya

  • Kritikus berpendapat bahwa prediksi Kurzweil terlalu optimis dan menimbulkan kekhawatiran mengenai kesenjangan

  • Para ahli menekankan perlunya kerangka kerja dan peraturan etis seiring dengan kemajuan AI

Ray Kurzweil, futuris terkenal dan peneliti utama AI Google, telah mengulangi prediksinya bahwa kecerdasan buatan akan mencapai tingkat kecerdasan manusia pada tahun 2029 dan bahwa Singularitas – titik di mana manusia bergabung dengan AI – akan terjadi pada tahun 2045. Dalam buku barunya “ Singularitas Semakin Dekat,” Kurzweil mengeksplorasi kemajuan pesat AI dan potensinya untuk mengubah masyarakat.

Optimisme Kurzweil terhadap masa depan AI berakar pada pertumbuhan daya komputasi yang eksponensial. Dia mencatat bahwa satu dolar sekarang dapat membeli sekitar 600 triliun kali lebih banyak daya komputasi dibandingkan saat GPS dikembangkan. Kemajuan pesat ini, menurutnya, membuka jalan bagi perubahan revolusioner di berbagai bidang, mulai dari kedokteran hingga manufaktur.

Para futuris membayangkan sebuah dunia di mana manusia bergabung dengan AI melalui antarmuka otak-komputer, yang pada akhirnya menggunakan nanobot – robot berukuran molekul – untuk menghubungkan otak kita ke cloud. “Kita akan memperluas intelijen satu juta kali lipat pada tahun 2045,” klaim Kurzweil, seraya menyatakan bahwa penggabungan ini akan memperdalam kesadaran dan kewaspadaan kita.

Meskipun Kurzweil menyadari potensi risiko yang terkait dengan AI tingkat lanjut, dia tetap optimis dengan manfaatnya. Ia yakin AI akan membawa peningkatan dramatis dalam kualitas hidup, dengan teknologi seperti printer 3D yang menyediakan pakaian dan tempat tinggal yang cukup bagi semua orang, dan AI memelopori perawatan medis baru.

“Ketika AI membuka kelimpahan materi yang belum pernah terjadi sebelumnya di banyak wilayah,” tulis Kurzweil, “perjuangan untuk bertahan hidup secara fisik akan memudar dalam sejarah.”

Namun prediksi Kurzweil bukannya tanpa kritik. Banyak yang mempertanyakan apakah visinya terlalu utopis, khususnya mengenai pemerataan manfaat teknologi. Kekhawatiran mengenai keamanan AI dan implikasi etika telah dikemukakan oleh tokoh terkemuka lainnya di dunia teknologi, termasuk Geoffrey Hinton dan Elon Musk.

Potensi AI untuk melampaui kecerdasan manusia menimbulkan pertanyaan etika, ekonomi, dan sosial yang signifikan. Para ahli seperti sejarawan Yuval Noah Harari memperingatkan hilangnya hak pilihan manusia dan kekhawatiran etika seputar pengawasan dan otonomi.

Peneliti AI, Stuart Russell dan Timnit Gebru menekankan perlunya langkah-langkah keselamatan yang ketat dan kerangka etika untuk memandu pengembangan AI, dan memperingatkan bahwa tanpa hal-hal tersebut, AI yang canggih dapat menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap manusia dan melanggengkan kesenjangan sosial.

Saat kita mendekati potensi Singularitas, para pembuat kebijakan dan ahli teknologi menghadapi tantangan untuk mengembangkan kerangka peraturan yang kuat.

Beberapa negara bagian dan daerah telah mulai mengerjakan kerangka kerja tersebut untuk mendorong transparansi, keadilan, akuntabilitas, dan privasi dalam sistem AI. Pada tahun 2024 saja, 429 rancangan undang-undang terkait AI diajukan ke badan legislatif negara bagian.

Paul W. Taylor, yang menulis untuk Government Technology, berpendapat bahwa kedekatan prediksi Singularitas Kurzweil memberi manusia tenggat waktu yang sangat dibutuhkan. “Kita sebagai manusia harus aktif dalam memutuskan bagaimana AI akan mengambil keputusan selagi kita masih bisa,” tulis Taylor, menekankan pentingnya pengawasan manusia dalam proses pengambilan keputusan dengan AI.

Pos Prediksi Ray Kurzweil AI: Kecerdasan Tingkat Manusia pada tahun 2029, Singularitas pada tahun 2045 muncul pertama kali di Blockonomi.