Pasar sideways seringkali menjadi salah satu fase yang paling membingungkan dan merugikan bagi trader, terutama bagi mereka yang mengandalkan strategi trend-following. Dalam fase ini, harga tidak menunjukkan arah yang jelas dan cenderung bergerak dalam kisaran yang sempit, naik dan turun tanpa pola yang konsisten. Sementara fase uptrend dan downtrend cenderung lebih mudah diidentifikasi dan diikuti, sideways market menghadirkan tantangan tersendiri yang membuat banyak trader kehilangan uang.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengapa mayoritas trader, terutama mereka yang menggunakan strategi trend-following, sering mengalami kerugian di pasar yang bergerak sideways dan bagaimana fenomena ini dapat menyebabkan kebingungan, kerugian besar, serta volatilitas yang tidak terduga.
---
1. Fase Sideways: Pasar Tanpa Arah yang Jelas
Sideways market terjadi ketika harga aset berfluktuasi dalam rentang yang sempit dan tidak menunjukkan pergerakan tren yang jelas ke atas (uptrend) atau ke bawah (downtrend). Dalam kondisi seperti ini, harga sering bergerak bolak-balik antara level support dan resistance tanpa adanya arah yang pasti.
Trader yang terbiasa dengan tren yang kuat (baik tren naik maupun tren turun) cenderung merasa frustrasi karena setiap kali mereka membuka posisi, harga sering kali berbalik arah sebelum mencapai target keuntungan. Alhasil, kerugian menumpuk karena stop-loss sering kali tersentuh lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Ciri-ciri Pasar Sideways:
- Kisaran Harga Terbatas: Harga bergerak dalam kisaran sempit, naik turun di antara level support dan resistance.
- Volatilitas Tidak Konsisten: Pergerakan harga menjadi lebih acak, tidak menentu, dan bisa berbalik arah dengan cepat.
- Volume Perdagangan Menurun: Pasar sering menunjukkan volume perdagangan yang rendah, menandakan kurangnya minat atau kekuatan dari pelaku pasar untuk mendorong harga ke arah tertentu.
- Sinyal False Breakout: Banyak terjadi fake pump (kenaikan palsu) dan fake dump (penurunan palsu), di mana harga terlihat seolah-olah akan breakout, tetapi kemudian berbalik arah dengan cepat.
---
2. Mengapa Trader Kehilangan Uang di Fase Sideways?
Ada beberapa alasan utama mengapa fase sideways menjadi fase yang paling berbahaya dan merugikan bagi trader, terutama mereka yang menggunakan strategi trend-following atau mengikuti tren pasar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa hal ini terjadi:
A. False Signals (Sinyal Palsu)
Dalam fase sideways, banyak trader tertipu oleh sinyal-sinyal palsu yang membuat mereka percaya bahwa pasar sedang bergerak dalam tren baru. Contoh klasiknya adalah ketika harga tiba-tiba naik atau turun tajam, terlihat seperti breakout (penembusan level kunci), namun kemudian harga berbalik arah dengan cepat. Sinyal palsu ini seringkali membuat trader masuk posisi di puncak atau dasar pergerakan, yang berakhir dengan kerugian.
- Fake Pump: Kenaikan harga yang tajam, membuat trader long buyers berpikir bahwa tren naik telah dimulai, tetapi kemudian harga berbalik turun dengan cepat.
- Fake Dump: Penurunan harga yang tajam, membuat trader short sellers masuk pasar, tetapi harga segera naik kembali, menjebak mereka dalam posisi rugi.
B. Perubahan Arah Pasar yang Cepat
Dalam fase sideways, pasar bisa berubah arah setiap beberapa hari, bahkan beberapa jam. Ini membuat sulit bagi trader untuk mengambil keputusan yang tepat karena harga terus berbalik dari level support ke resistance tanpa adanya momentum yang jelas.
Banyak trader membuka posisi berdasarkan tren jangka pendek yang tampaknya sedang berkembang, hanya untuk mendapati bahwa arah pasar berubah dalam waktu singkat. Dalam kondisi ini, stop-loss seringkali tersentuh lebih cepat dari perkiraan, menyebabkan kerugian kecil namun konsisten yang pada akhirnya menumpuk menjadi kerugian besar.
C. Tidak Ada Tren yang Jelas untuk Diikuti
Strategi follow the trend bekerja dengan baik di pasar yang sedang tren, baik itu tren naik (bullish) atau tren turun (bearish). Namun, dalam pasar sideways, tidak ada tren yang jelas untuk diikuti. Harga bergerak dalam pola zig-zag yang membuat trader trend-following bingung dan kehilangan orientasi.
Ketika harga tidak bergerak dalam tren yang stabil, indikator teknikal seperti moving averages atau MACD juga menjadi kurang efektif. Trader yang biasanya bergantung pada indikator ini untuk menandai arah tren seringkali mendapatkan sinyal yang tidak akurat dalam kondisi sideways.
D. Biaya Transaksi yang Bertambah
Dalam fase sideways, karena harga sering berubah arah dalam rentang yang sempit, trader mungkin melakukan lebih banyak transaksi dari biasanya. Setiap kali seorang trader masuk dan keluar dari pasar, ada biaya transaksi yang harus dibayar (spread atau komisi). Ketika trader terus-menerus membuka dan menutup posisi dalam upaya mengejar pergerakan harga kecil, biaya transaksi ini dapat menumpuk dan menggerus modal mereka, bahkan jika kerugian per dagangannya kecil.
---
3. Dampak Fase Sideways Terhadap Trader Futures
Trader yang menggunakan futures (perdagangan berjangka) berada dalam risiko lebih tinggi selama fase sideways karena leverage yang tinggi. Leverage memperbesar potensi keuntungan, tetapi juga memperbesar kerugian. Dalam fase sideways, harga sering bergerak tidak terduga, membuat posisi leverage lebih rentan terhadap margin calls atau likuidasi.
Selain itu, karena harga sering berbalik arah, trader futures mungkin mendapati bahwa posisi mereka likuidasi lebih cepat daripada yang diantisipasi, menyebabkan kerugian besar yang sulit dipulihkan.
---
4. Bagaimana Mengatasi Tantangan di Pasar Sideways?
Meskipun fase sideways bisa menjadi tantangan, ada beberapa strategi yang dapat membantu trader bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dalam kondisi pasar ini.
A. Menggunakan Strategi Range Trading
Alih-alih mengikuti tren, strategi range trading lebih cocok untuk pasar sideways. Trader dapat mengidentifikasi level support dan resistance yang jelas, lalu membeli di support dan menjual di resistance. Tujuannya adalah mengambil keuntungan dari pergerakan harga bolak-balik dalam kisaran tersebut.
B. Menggunakan Indikator Volatilitas
Indikator seperti Bollinger Bands dapat membantu trader mengenali kapan harga sedang menyentuh batas atas atau bawah dari kisaran sideways. Ketika harga mencapai batas atas atau bawah, trader dapat mengantisipasi pembalikan arah dan mengambil posisi yang sesuai.
C. Mengurangi Leverage
Dalam kondisi sideways, sangat bijaksana untuk mengurangi leverage atau bahkan menghindarinya. Leverage yang tinggi bisa sangat berisiko dalam kondisi pasar yang tidak menentu dan bisa mempercepat kerugian trader. Dengan leverage yang lebih rendah, trader dapat mengelola risiko dengan lebih baik.
D. Menerapkan Stop-Loss yang Ketat
Pengelolaan risiko adalah kunci utama di pasar sideways. Trader harus menggunakan stop-loss yang ketat untuk membatasi kerugian dalam situasi di mana pasar berbalik arah dengan cepat. Stop-loss memungkinkan trader untuk keluar dari posisi yang merugi sebelum kerugian menjadi lebih besar.
---
Kesimpulan
Fase sideways adalah periode yang penuh tantangan bagi trader, terutama mereka yang mengandalkan strategi trend-following. Pasar yang bergerak tanpa arah yang jelas, pergerakan harga yang bolak-balik, dan sinyal palsu yang sering terjadi membuat fase ini menjadi salah satu fase paling merugikan. Trader perlu memahami risiko yang ada, menyesuaikan strategi mereka, dan menghindari overtrading dalam kondisi yang tidak menentu ini.
Dengan menggunakan strategi range trading, mengurangi leverage, dan menjaga disiplin dengan stop-loss, trader dapat meminimalkan kerugian dan bahkan mendapatkan keuntungan di pasar sideways yang penuh tantangan ini.
#LearnTogether #BinanceSquareFamily #Bitcoin❗ #MemeWatch2024 $BTC $BNB $SOL