Harga Bitcoin Terpantau Naik di Atas US$ 29.000, Ini yang Jadi Faktor
Dalam pergerakan harga di akhir pekan minggu kedua Oktober 202, Bitcoin (BTC) telah mengalami kenaikan yang signifikan dan mencapai kisaran di atas angka US$ 29.200. Dilansir dari cointelegraph.com, reli Bitcoin ini pasca munculnya sejumlah kabar penting dalam dunia kripto.
1.Penurunan Pasokan BTC di Bursa
Bersamaan dengan kenaikan harga Bitcoin, pasokan BTC di bursa terus menurun dimana ketersediaan aset ini tetap berada di bawah puncak bulanan yang terjadi pada 4 September. Trend ini dianggap sebagai sinyal bullish oleh pasar karena para trader cenderung menarik BTC dari bursa saat mereka berniat menyimpannya dalam penyimpanan mandiri jangka panjang.
Pada tanggal 19 Oktober, pemegang Bitcoin jangka panjang mencapai 76 persen dari kepemilikan seluruh BTC untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Berkurangnya Bitcoin dari bursa ini dapat berdampak signifikan pada harga, dan data terbaru menunjukkan likuidasi yang signifikan dari posisi shorting BTC. Dalam 24 jam terakhir, lebih dari US$ 10,1 juta dalam posisi jual pendek BTC telah dilikuidasi, dengan lebih dari US$ 8,5 juta dalam posisi short telah dilikuidasi dalam waktu 12 jam.
2.Minat Institusional Meningkatkan Sentimen Pasar
Pemicu dari sentimen bullish ini dapat ditelusuri kembali ke keputusan Hakim Mahkamah Banding AS, Neomi Rao yang mendukung Grayscale Investments dalam kasusnya melawan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada bulan Agustus. Keputusan ini mendorong sejumlah lembaga besar untuk mengajukan permohonan ETF.
Meskipun ada upaya berulang, SEC enggan menyetujui spot Bitcoin ETF, bahkan dengan aplikasi dari raksasa keuangan seperti BlackRock, Fidelity, ARK milik Cathie Wood dan 21Shares.
Semua faktor ini, dikombinasikan dengan peningkatan dalam Indeks Fear & Greed Bitcoin, yang berubah dari ketakutan menjadi netral. Indeks ini berkontribusi dalam menciptakan sentimen sangat positif di pasar kripto.