Hiperinflasi dalam suatu perekonomian diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa yang tidak terbatas. Berbeda dengan inflasi, hiperinflasi jarang terjadi dalam suatu perekonomian. Namun, hal ini pernah terjadi di beberapa negara seperti Tiongkok, Jerman, dan Zimbabwe, dan masih banyak lagi.

Apa Penyebab Hiperinflasi dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Hiperinflasi adalah sejenis inflasi cepat di mana harga bisa melonjak sebesar 50% atau lebih dalam sebulan. Hal ini juga dikenal sebagai "inflasi permanen."

Hal ini dapat dilihat pada kasus dimana pemerintah mencetak uang tambahan untuk melunasi berbagai kewajiban dan biaya, meskipun faktanya hal ini dianggap tidak biasa.

Untuk menentukan apa yang menyebabkan hiperinflasi, kita harus melihat dua pendorong inflasi yang paling umum: peningkatan jumlah uang beredar dan ketidakseimbangan tarikan permintaan.

Dalam banyak situasi, mereka berkolaborasi untuk menghasilkan badai ekonomi yang ideal.

Suplai uang

Pemerintah akan mencetak uang ekstra untuk memenuhi peningkatan pengeluaran guna membiayai pengeluaran dalam jumlah besar. Hal ini dapat dilakukan pada saat kesusahan sebagai sarana untuk membantu warga.

Masalah dengan strategi ini adalah mencetak uang tambahan mempunyai dampak tersendiri. Harga naik seiring bertambahnya jumlah uang beredar, dan lahirlah inflasi!

Semakin banyak uang yang didorong ke dalam perekonomian, semakin dekat dengan hiperinflasi. Hal ini berisiko karena dapat menyebabkan depresiasi mata uang.

Tarikan Permintaan

Ketidakseimbangan tarikan permintaan dalam suatu perekonomian adalah sumber inflasi lainnya.

Tarikan permintaan terjadi ketika peningkatan permintaan konsumen terhadap produk dan jasa tertentu melebihi pasokan barang dan jasa yang ada. Ketika peningkatan permintaan dibarengi dengan kelangkaan produk dan jasa, harga pasar akan naik.

Di negara-negara berkembang, inflasi yang disebabkan oleh permintaan (demand-pull) merupakan hal yang lazim.

Dampak Hiperinflasi

Depresiasi dolar AS adalah salah satu gejala hiperinflasi yang paling nyata. Dolar AS telah kehilangan sekitar 96% nilainya sejak tahun 1935. Selain itu, mata uang AS telah terdepresiasi sebesar 12% pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan sekelompok negara lain.

Penurunan daya beli dolar berdampak pada masyarakat di seluruh dunia, tidak hanya masyarakat Amerika. Ini berdampak pada semua orang. Tiongkok tidak mendepresiasi mata uangnya untuk menyamai dolar AS untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hal ini menandakan bahwa Tiongkok mungkin mengurangi ketergantungannya pada pasar AS.

Masyarakat Amerika mungkin menimbun uang untuk menghindari keharusan membayar lebih jika sumber daya menjadi langka dan harga naik akibat hiperinflasi. Jika tidak diatasi, tren ini berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian.

Dampak pada Rencana Pensiun

Meskipun tampaknya menemukan cara untuk menghemat uang bermanfaat, faktanya hiperinflasi membuat tabungan tunai tidak berguna. Akibatnya, Anda mungkin perlu memikirkan kembali rencana pensiun Anda untuk memahami bagaimana inflasi dapat mempengaruhi masa pensiun Anda.

Anda harus memperhitungkan inflasi saat menghitung berapa banyak uang yang perlu Anda simpan sebelum pensiun. Anda perlu menyusun strategi yang lebih menyeluruh untuk masa depan keuangan Anda setelah Anda mengetahui berapa banyak uang yang diambil oleh inflasi dari Anda. Namun, solusi untuk semua masalah ini bukanlah dengan mencetak lebih banyak uang. Semakin banyak uang yang disuntikkan pemerintah ke dalam perekonomian, semakin banyak pula bahan bakar hiperinflasi yang tersedia.

Contoh Populer Hiperinflasi di Masa Lalu

Weimar Jerman

Setelah Perang Dunia I, Republik Weimar di Jerman menghadapi hiperinflasi pada tahun 1920-an.

Bank tersebut mengeluarkan sekitar 92 triliun Deutsche Marks (mata uang Jerman) untuk memerangi kenaikan tingkat inflasi. Strategi ini berhasil sampai Jerman dibebani dengan reparasi dari Sekutu pada akhir perang. Produksi terhenti akibat utang tambahan sebesar 132 miliar, yang mengakibatkan kekurangan pangan dan harga yang lebih tinggi sebagai kompensasinya. Setiap hari, tingkat inflasi naik menjadi sekitar 21%.

Venezuela

Terjadi antara tahun 2013 dan 2018, Venezuela adalah negara terbaru yang terkena dampak hiperinflasi. Bolivar Venezuela menjadi bentuk uang yang lemah. Negara ini juga mempunyai utang lebih dari $100 miliar.

Akibatnya, tingkat lapangan kerja anjlok dan hampir menyamai tingkat Depresi Besar di Amerika Serikat. Tingkat inflasi pada tahun 2018 sebesar 65.000%. Pada tahun 2021, negara tersebut masih mengalami hiperinflasi.

#hyperinflation #venezuela #moneysupply #blockchain #crypto $BTC $ETH $BNB