Coinspeaker Hong Kong Memajukan Pengujian e-HKD Ritel untuk Transaksi Hipotek dan Pinjaman

Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) terus menguji e-HKD ritelnya, versi digital yang diusulkan dari mata uang lokalnya. Pihak berwenang telah melakukan percobaan enam bulan untuk memastikan kelancaran mata uang virtual. Kini, mereka beralih ke tahap berikutnya, menguji cara kerjanya dalam menentukan harga dan mendistribusikan hipotek.

Rilis South China Morning Post mengungkapkan bahwa fase berikutnya akan melibatkan studi lebih dalam tentang teknologi, rencana bisnis, dan undang-undang yang diperlukan untuk menggunakan e-HKD dalam bertransaksi. Tes ini akan dilakukan dengan beberapa peserta terpilih untuk melihat bagaimana mata uang tersebut dapat digunakan untuk hipotek dan aktivitas pinjam meminjam lainnya.

Tokenisasi Aset dan Potensi Kerangka Regulasi

Saat ini, dalam tahap uji coba, mata uang digital yang diusulkan diharapkan dapat mempercepat proses peminjaman dana ke lebih dari satu pemberi pinjaman tanpa harus mengunjungi bank. Mereka juga akan memberikan tarif preferensial dan memastikan peminjam mendapatkan pencairan pinjamannya lebih cepat. Namun, masih harus dilihat apakah otoritas Hong Kong akan membentuk badan pengatur baru untuk mengawasi aktivitas terkait hipotek dan praktik peminjaman yang melibatkan e-HKD.

Dalam program percontohan e-HKD perdana, perusahaan-perusahaan terkemuka seperti Boston Consulting Group (BCG), HKT Payment, dan ZA Bank berpendapat bahwa penerapan e-HKD dapat semakin membuka jalan bagi tokenisasi beragam aset, dan meningkatkan jumlah aset yang tersedia untuk tokenisasi. Menurut perkiraan BCG, aset yang tersedia untuk tokenisasi di Hong Kong berjumlah sekitar HK$36 triliun, sekitar $46 triliun, dan sebagian besar terdiri dari properti residensial. Tokenisasi aset dapat dengan mudah menjadikannya sebagai jaminan saat menggunakan mata uang digital karena semuanya mudah diakses.

Selain memudahkan masyarakat untuk meminjam, pemberi pinjaman juga dapat memperoleh manfaat dari e-HKD. Mereka dapat dengan mudah menurunkan suku bunga karena digitalisasi seluruh proses mengurangi risiko bagi pemberi pinjaman. Jika peminjam gagal membayar pinjamannya, pemberi pinjaman dapat dengan mudah mengambil alih agunan untuk mendapatkan kembali uang mereka. Seluruh proses akan diotomatisasi dengan penggunaan kontrak pintar, memastikan tidak ada pihak yang tertipu dan kontrak hanya berjalan sesuai kesepakatan.

Merangkul Mata Uang Digital dan Meningkatkan Akses Finansial

Perkembangan baru ini terjadi setelah peluncuran yuan digital Tiongkok baru-baru ini, yang tersedia di toko-toko lokal di Hong Kong. Mata uang digital, e-CNY, hanya dapat digunakan oleh penduduk Hong Kong, dan mereka dapat menyetor hingga 10 ribu CNY ke dompet mereka.

Dengan meningkatnya tren lembaga keuangan yang berinvestasi pada aset digital seperti obligasi token dan real estate, kebutuhan akan mata uang digital seperti e-HKD untuk mempercepat dan mempermudah transaksi menjadi hal yang menarik.

Menurut Raymond Chan, wakil ketua Institute of Financial Technologists Asia, tokenisasi aset menjadikannya lebih likuid, sehingga lebih mudah diakses oleh lebih banyak investor. Dia menambahkan bahwa bank akan melihat peluang untuk menawarkan aset kustodian untuk aset yang diberi token, sehingga memberikan keamanan dan kepercayaan kepada investor yang memegang aset digital tersebut.

Berikutnya

Hong Kong Meningkatkan Pengujian e-HKD Ritel untuk Transaksi Hipotek dan Pinjaman