Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperingatkan risiko komputer kuantum dapat merusak teknik enkripsi saat ini, sehingga secara serius mengancam keamanan Mata Uang Digital (CBDC) yang diterbitkan Bank Sentral.

Menurut laporan terbaru WEF, perkembangan komputer kuantum, meskipun membawa banyak potensi terobosan, juga menciptakan ancaman keamanan siber yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama kemampuannya untuk mengganggu sistem enkripsi data saat ini, termasuk sistem CBDC.

Saat ini, lebih dari 98% bank sentral dunia sedang meneliti CBDC untuk meningkatkan efisiensi pembayaran lintas batas, mendorong inklusi keuangan, dan mempertahankan peran mata uang bank sentral di era keuangan. Namun, kemunculan komputer kuantum, yang diperkirakan akan mencapai 5.000 sistem operasi pada tahun 2030, dapat mematahkan standar enkripsi saat ini seperti RSA dan ECC ā€“ yang merupakan landasan keamanan sistem keuangan pemerintah global.

Komputer kuantum menggunakan Qubit (bit kuantum), yang berada dalam keadaan multidimensi, memungkinkannya memecahkan masalah kompleks dengan kecepatan lebih tinggi dari superkomputer klasik. Di tangan yang salah, ini dapat digunakan untuk menyerang sistem penting, termasuk CBDC, melalui pencurian informasi, spoofing identitas, dan dekripsi data yang dikumpulkan di masa mendatang.

Sebuah studi pada tahun 2021 oleh Institut Hudson menunjukkan bahwa serangan kuantum hipotetis terhadap sistem kliring real-time (RTGS) AS dapat menyebabkan PDB riil turun sebesar 10-17%, mendorong perekonomian ke dalam Resesi yang berlangsung selama 6 bulan dan menyebabkan triliunan dolar dalam kerugian.

Untuk menghadapi risiko ini, WEF mencatat bahwa penerapan ā€œkelincahan kriptografiā€ sangatlah penting. Kemampuan ini memungkinkan sistem dengan mudah dan cepat mengubah algoritma enkripsi untuk mengatasi teknik serangan baru. Secara khusus, sistem CBDC perlu mengintegrasikan algoritme enkripsi berbasis kisi, seperti ML-KEM/Kyber, ML-DSA/Dilithium, atau SLH-DSA/SPHINCS+, selain algoritme asimetris saat ini seperti RSA dan ECC.

Selain itu, penerapan mekanisme seperti mekanisme enkapsulasi kunci (KEM) dan algoritma tanda tangan digital (DSA) di empat lapisan sistem CBDC (jaringan, aplikasi, aliran data, dan kode) sangat penting untuk mencegah peretasan informasi, penipuan identitas, dan data dekripsi.

Untuk memastikan keamanan sistem CBDC terhadap serangan kuantum, WEF merekomendasikan agar bank sentral dan lembaga keuangan menganalisis risiko keamanan kuantum, mengidentifikasi ancaman baru, dan mengambil tindakan yang efektif. Selain itu, perlu untuk membuat daftar dokumen enkripsi, mencantumkan mekanisme enkripsi yang relevan dalam sistem untuk mendukung peningkatan berkala; menerapkan langkah-langkah keamanan siber, yang mengharuskan organisasi yang berwenang mengakses sistem CBDC untuk mematuhi standar keamanan yang ketat.

Selain itu, terdapat kebutuhan untuk melindungi data, mengenkripsi aliran data di seluruh jaringan dan aplikasi, dan menanamkan penggunaan perpustakaan yang aman di seluruh siklus pengembangan perangkat lunak; mencadangkan redundansi data, menyimpan data di beberapa pusat data atau node jaringan (jika berbasis DLT), dan memastikan sistem manajemen kunci aman secara kuantum.

Saat ini, upaya internasional sedang dilakukan untuk menemukan solusi guna melindungi sistem pembayaran nasional generasi berikutnya, termasuk CBDC. WEF membentuk Jaringan Ekonomi Kuantum, yang baru-baru ini memberikan panduan kepada industri Keuangan dalam membentuk pendekatan peraturan global.

Bank for International Settlements (BIS) juga mengumumkan hasil fase pertama Project Leap, yang mempromosikan penelitian kriptografi aman kuantum untuk sistem keuangan. Kolaborasi mendalam antara sektor publik dan swasta dalam membangun ketahanan siber lebih dari satu organisasi merupakan kunci keberhasilan dalam membendung ancaman komputasi kuantum.