Ketika dunia usaha mencoba menghadapi kompleksitas kepatuhan pajak, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam layanan konsultasi merupakan bidang yang diminati. Meskipun AI memberikan peluang yang tidak ada bandingannya dalam hal data dan informasi dalam jumlah besar, masih ada pertanyaan apakah AI dapat menggantikan keahlian manusia di bidang-bidang sempit seperti pajak perusahaan.

Meskipun AI mengalami kemajuan pesat dalam pengembangannya, AI masih belum yakin dalam menangani masalah perpajakan yang sangat rumit dan kompleks. Meskipun perangkat lunak AI, yang umumnya dikenal sebagai “kapal pukat cekungan laut”, yang menangkap data di dunia online memiliki masalah dalam memberikan respons secara akurat dan andal bahkan di area yang memerlukan pengetahuan subjek yang luas.

Perbedaan antara mesin AI yang sempit dengan sedikit kemampuan dan wawasan dan pakar pajak manusia yang berpikiran keras dan keterampilan analitis yang kompleks inilah yang membedakan pakar pajak manusia dengan mesin AI. Meskipun AI memiliki keunggulan dalam pemrosesan data, AI tidak memiliki pemahaman internal manusia yang berempati terhadap konteks.

Menavigasi tantangan kepatuhan

Perusahaan-perusahaan di UEA menyaksikan meningkatnya kebutuhan akan kepatuhan pajak penuh yang didorong oleh pengembangan sistem peraturannya. Rezim pajak perusahaan di UEA telah menempatkan perusahaan dalam dunia peraturan yang rumit. Kesalahan penerapan dan kesalahan implementasi, seperti penerapan tarif pajak yang tidak tepat pada invoice, menggambarkan perlunya aspek kemanusiaan dalam urusan perpajakan. Solusi berbasis AI mungkin sangat menarik, namun elemen manusia tidak tergantikan ketika menangani aspek kepatuhan pajak yang kompleks dan beragam.

Salah satu kesalahan yang cukup umum terjadi adalah menyamakan PPN dengan pajak perusahaan, yang mengakibatkan penerbitan faktur yang salah dan dapat mengancam bisnis dengan denda.

Menjadikan pelaporan yang adil dan patuh

Di bawah lingkungan peraturan yang semakin meningkat, organisasi harus mengatasi manajemen risiko kepatuhan dan ketahanan keuangan melalui pelaporan dan persyaratan peraturan. Eksekusi proyek kepatuhan melibatkan penerapan semua sisi operasi bisnis, dokumentasi proses, dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.

Kita harus memahami bahwa sangatlah penting untuk memahami peraturan kepatuhan perpajakan, memiliki dokumentasi yang tepat, dan menyelaraskan dengan peraturan terkait yang diakui. Karena dunia usaha masih melakukan penyesuaian terhadap perubahan model perpajakan, mereka perlu berkonsentrasi pada pelaporan yang akurat dan patuh agar fungsi keuangan dapat efektif.

Sumber: Kementerian Keuangan di UEA