Dalam langkah strategis untuk menghindari sanksi AS, perusahaan minyak dan gas alam milik negara Venezuela, PDVSA, beralih ke Tether, mata uang kripto berbasis blockchain. Langkah ini bertujuan untuk menjaga transaksi minyak, meskipun ada skeptisisme dan kekhawatiran yang meluas mengenai ketergantungan pada perantara.

Tether, stablecoin yang dipatok ke dolar AS, memberi PDVSA sarana yang andal dan aman dalam melakukan transaksi, sehingga menghindari sistem perbankan tradisional. Namun pendekatan ini bukannya tanpa kritik yang mempertanyakan transparansi dan stabilitas mata uang digital tersebut.

Perkembangan ini menggarisbawahi meningkatnya adopsi teknologi blockchain dan mata uang kripto di berbagai sektor, termasuk industri minyak. Terlepas dari tantangan yang ada, solusi inovatif tersebut menawarkan alternatif yang layak bagi negara dan perusahaan yang menghadapi sanksi ekonomi.

Namun, penggunaan perantara tersebut juga menimbulkan pertanyaan mengenai potensi penyalahgunaan dan perlunya pengawasan peraturan. Seiring dengan terus berkembangnya industri blockchain, isu-isu ini pasti akan tetap menjadi topik utama diskusi.