Kepala investasi Morgan Stanley mengatakan bahwa rebound baru-baru ini bukanlah awal dari pasar bullish yang baru, dan bahwa jeda Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga minggu ini dapat membangkitkan pasar yang bearish.

Mike Wilson, kepala investasi Morgan Stanley, mengatakan bahwa pemulihan pasar saham saat ini tidak berarti bahwa pasar bullish baru telah dimulai, karena jika Federal Reserve berhenti menaikkan suku bunga, pasar bearish dapat dengan mudah bangkit kembali.

Dalam sebuah laporan pada hari Senin, Wilson menegaskan kembali pandangannya yang bearish terhadap saham meskipun kinerja S&P 500 kuat tahun ini.

Indeks acuan saat ini naik 20% dari posisi terendah Oktober lalu dan secara resmi memasuki pasar bullish pada minggu lalu. Hal ini merupakan tanda bahwa investor menjadi lebih antusias terhadap saham seiring dengan menurunnya inflasi dan berkurangnya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.

Namun Wilson memperingatkan bahwa tekanan ekonomi masih terus meningkat, dengan penguatan dolar dan tingginya biaya pinjaman terus membebani keuntungan perusahaan.

Dia memperkirakan bahwa berkurangnya likuiditas pasar dapat "menghancurkan" pendapatan perusahaan, yang memulai paruh kedua siklus pendapatan boom-bust yang dimulai pada tahun 2020.

Titik balik tersebut bisa terjadi karena Federal Reserve diperkirakan akan menghentikan sementara kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakannya pada hari Rabu, yang menurut para komentator akan berdampak positif bagi saham.

Wilson percaya bahwa meskipun jeda The Fed dalam menaikkan suku bunga dapat mendorong saham lebih tinggi, kenaikan tersebut hanya bersifat sementara, dan menyebut potensi jeda dalam kenaikan suku bunga sebagai "akhir yang sempurna" untuk reli pasar yang bearish.

“Dengan kenaikan S&P 500 di atas ambang batas 20%, semakin banyak orang yang menyatakan pasar bearish secara resmi telah berakhir. Dengan perkiraan pendapatan kami untuk tahun 2023, kami tidak setuju dengan hal tersebut. Ironisnya, The Fed menghentikan sementara kenaikan suku bunga. Ini bisa menjadi sebuah peringatan taktis menyerukan penurunan pada saat hambatan likuiditas semakin meningkat," kata Wilson.

Ahli strategi Morgan Stanley memperkirakan bahwa laba perusahaan akan turun 16% tahun ini sebelum meningkat tajam sebesar 23% pada tahun 2024.

Suku bunga yang tinggi sangat berdampak pada keuntungan perusahaan pada tahun 2022, menyebabkan S&P 500 anjlok 20% pada tahun lalu. Para bankir bank sentral telah menaikkan suku bunga lebih dari 1.700% untuk mengendalikan inflasi dan telah memperingatkan bahwa suku bunga dapat tetap tinggi hingga akhir tahun 2023 karena tekanan harga masih berlanjut dalam perekonomian.