Menurut Cointelegraph, aplikasi pengirim pesan yang ramah terhadap mata uang kripto Telegram akan meningkatkan kepatuhan dan komunikasinya dengan regulator di Kazakhstan dengan mendirikan kantor lokal. Kementerian Pengembangan Digital, Inovasi, dan Industri Dirgantara mengumumkan pada tanggal 14 Oktober bahwa Telegram telah setuju untuk menunjuk perwakilan lokal dan membuka kantor di Republik Kazakhstan. Menteri Zhaslan Madiyev menyatakan bahwa kehadiran fisik Telegram di negara tersebut akan menjadi langkah penting untuk meningkatkan kontrol atas konten di platform pengiriman pesan tersebut. Langkah ini penting mengingat basis pengguna Telegram yang besar di Kazakhstan. Menurut pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov, 12,5 juta orang Kazakhstan, lebih dari separuh dari 20 juta penduduk negara tersebut, menggunakan Telegram setiap bulan, yang menandai peningkatan sebesar 25% dari tahun 2023.

Pengumuman tersebut bertepatan dengan pertemuan pejabat Kazakhstan dengan Kamar Dagang Amerika Serikat dan perwakilan dari perusahaan teknologi besar AS, termasuk Meta dan Apple. Selama pertemuan ini, pejabat Kazakhstan membahas isu-isu yang terkait dengan perlindungan data dan memerangi penipuan dan akun palsu di platform media sosial, seperti WhatsApp milik Meta. Pada kuartal ketiga tahun 2024, Meta melaporkan telah memblokir 1,2 miliar akun palsu secara global menggunakan kecerdasan buatan. Madiyev menekankan bahwa pemerintah Kazakhstan telah bekerja sama erat dengan mitra internasional untuk memastikan keamanan warga Kazakhstan di ruang digital. Ia mencatat bahwa pemerintah secara aktif bekerja sama dengan Telegram untuk segera menghapus konten ilegal dan memblokir saluran terlarang. Sesuai dengan undang-undang Kazakhstan, platform internet seperti Telegram, WhatsApp, dan TikTok sekarang diharuskan memiliki perwakilan di Kazakhstan.

Keputusan Telegram untuk membuka kantor di Kazakhstan adalah bagian dari dorongan yang lebih luas untuk kepatuhan, yang muncul saat Durov menghadapi pengawasan di Prancis atas penanganan platform tersebut terhadap aktivitas ilegal. Sejak otoritas Prancis mendakwa Durov atas berbagai tuduhan pada akhir Agustus, Telegram telah meningkatkan upayanya untuk memerangi aktivitas terlarang di aplikasi messenger tersebut. Pada bulan September, Durov menyatakan bahwa Telegram membagikan alamat IP dan nomor telepon pengguna yang melanggar aturan aplikasi atas permintaan otoritas terkait. CEO tersebut juga melaporkan bahwa Telegram telah membuat beberapa pembaruan pada mesin pencarinya, menghapus konten yang bermasalah dari hasil pencarian dan menggunakan AI untuk mengidentifikasi konten terlarang. Kantor Telegram di Kazakhstan tampaknya merupakan salah satu kantor global pertama perusahaan yang didirikan untuk meningkatkan kepatuhan. Cointelegraph menghubungi Telegram untuk memberikan komentar tetapi tidak menerima tanggapan pada saat publikasi.