Nokia telah mengajukan permohonan paten di China untuk perangkat yang mengenkripsi dan mengindeks aset digital, menandai langkah selanjutnya operator telekomunikasi tersebut ke dalam ruang blockchain.
Menurut informasi dari Administrasi Kekayaan Intelektual Nasional China (CNIPA), konglomerat telekomunikasi dan elektronik konsumen Finlandia telah mengajukan permohonan paten untuk “alat, metode, dan program komputer” yang dapat mengenkripsi aset digital.
Versi terjemahan dari permohonan paten mengungkapkan bahwa perangkat tersebut menggambarkan metode untuk “mengenkripsi aset digital dengan kunci pertama,” “menyediakan aset digital yang terenkripsi dan indeks untuk aset digital kepada fungsi jaringan pertama,” dan “menyediakan identitas dari aset digital yang terenkripsi kepada entitas pertama.”
Sistem Nokia akan menggunakan enkripsi simetris dan asimetris. Enkripsi simetris hanya menggunakan satu kunci untuk mengenkripsi dan mendekripsi, sementara enkripsi asimetris bergantung pada kombinasi kunci publik dan privat untuk meningkatkan keamanan.
Sebagai salah satu pelopor di industri ponsel, Nokia pernah menjadi produsen ponsel terbesar di dunia pada awal 2000-an. Namun, setelah disalip oleh merek-merek Amerika dan Asia, perusahaan ini mengubah strateginya dan memperluas ke teknologi terbaru.
Blockchain dan aset digital adalah area di mana Nokia sedang bereksperimen. Pada tahun 2023, perusahaan mulai meneliti metaverse dan telah memperluas inisiatif ini. Laporan “Strategi Teknologi 2030” yang dirilis pada Maret 2024 menunjukkan bahwa Nokia berencana untuk berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur untuk memenuhi permintaan yang terus berkembang dari aplikasi metaverse, Web3, dan kecerdasan buatan (AI).