Dalam sebuah perubahan yang luar biasa, biji kakao telah mengalahkan Bitcoin untuk menjadi komoditas paling menguntungkan tahun 2024. Harga melonjak sebesar 185%, mencapai $12.000 per ton, terutama didorong oleh tantangan iklim yang parah di Afrika Barat, wilayah penghasil kakao terkemuka. Organisasi Kakao Internasional telah memperingatkan tentang kekurangan yang akan datang sebesar 478.000 ton biji kakao, memperburuk situasi.
Lonjakan harga kakao melampaui tidak hanya Bitcoin, yang melihat pertumbuhan sebesar 128%, tetapi juga pasar saham AS yang lebih luas, yang meningkat hanya 25%. Kenaikan dramatis dalam harga kakao ini disebabkan oleh kombinasi kekeringan, penyakit, dan masalah struktural yang mempengaruhi produksi di Afrika Barat. Laporan dari MarketWatch menyoroti bahwa tahun pertanian saat ini telah mengalami kekurangan pasokan kakao yang paling signifikan dalam enam dekade.
Krisis iklim telah memainkan peran penting dalam skenario ini. Suhu laut yang mencatatkan rekor telah berdampak negatif pada tanaman kakao, yang telah mengalami tekanan akibat dua tahun kondisi cuaca ekstrem. Selain itu, cuaca basah di bulan Oktober merusak pohon kakao di beberapa daerah, sementara angin panas dan kering dari Sahara mengancam panen musim semi yang akan datang.
Meskipun tantangan ini dan harga yang mencapai rekor tertinggi, permintaan kakao tetap kuat karena konsumen terus menikmati produk cokelat dan kopi. Selain itu, kontrak berjangka kopi Arabika juga melonjak menjadi $2,68 per pon—tertinggi sejak 2011—karena kekurangan biji robusta dan kondisi kekeringan yang sedang berlangsung di Brasil.
Saat pasar bersiap untuk volatilitas yang berkelanjutan, masih perlu dilihat bagaimana perkembangan ini akan mempengaruhi perdagangan komoditas global dalam beberapa bulan mendatang.