Belakangan ini, terjadi perpecahan yang tajam di dalam kubu Trump, dengan fokus pada raksasa teknologi Silicon Valley, Musk. Tokoh kunci yang memicu perselisihan ini adalah Vivek Ramaswamy, seorang Amerika keturunan India, dan salah satu miliarder teknologi di Silicon Valley yang mendukung Trump. Baik Vivek maupun Musk adalah sebagian kecil dari pendukung 'redneck' di dunia teknologi AS, tetapi perbedaan pandangan tentang imigrasi telah memicu konflik besar di dalam kubu Trump.

Perpaduan antara modal teknologi dan 'redneck'

Dalam kampanye awal Trump, modal teknologi dan kelompok 'redneck' sempat membentuk hubungan kerjasama yang singkat dan rapuh. Musk dan elit Silicon Valley seperti Vivek mendukung Trump, percaya bahwa kebijakan 'America First' Trump dapat memberikan daya saing ekonomi yang lebih kuat bagi Amerika, sementara modal teknologi yang mereka wakili bisa memberikan dukungan teknis untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, hubungan kerjasama ini tidak bertahan lama. Seiring dengan kemajuan kebijakan Trump, terutama dalam bidang imigrasi, manufaktur, dan pendidikan, ketegangan antara modal teknologi dan 'redneck' semakin dalam.

Terutama dalam bidang cryptocurrency, posisi Musk dan reaksi kelompok 'redneck' sangat mencolok. Musk selalu mendukung aset digital terdesentralisasi dan dengan mendukung cryptocurrency seperti Bitcoin dan Dogecoin, ia secara terbuka menyatakan keyakinannya bahwa teknologi cryptocurrency dapat mendefinisikan kembali ekonomi global. Bagi Musk, cryptocurrency bukan hanya alat finansial, tetapi juga cara untuk menantang sistem keuangan yang ada dan mendorong globalisasi. Namun, bagi banyak 'redneck', cryptocurrency melambangkan permainan kekayaan kelas elit, menjauh dari perhatian mereka terhadap kepentingan industri manufaktur tradisional dan kelas pekerja di Amerika.

Perpecahan yang dipicu oleh kontroversi sistem pendidikan

Pemicu konflik dimulai dari sebuah tweet Vivek di platform sosial X. Ia mengkritik sistem pendidikan di Amerika, menyebutnya sebagai 'sistem pendidikan yang medioker', dan berpendapat bahwa metode 'pendidikan bahagia' ini telah sangat menghambat kemajuan negara. Dalam sistem pendidikan dasar di Amerika, prestasi siswa tidak terlalu ditekankan, dan guru serta orang tua umumnya bersikap toleran. Cara 'mendorong di atas segalanya' ini membuat banyak siswa tidak belajar pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan, terutama dalam mata pelajaran seperti matematika, di mana beberapa siswa bahkan tidak dapat menghafal tabel perkalian.

Vivek menunjukkan bahwa 'tidak peduli' dalam pendidikan di Amerika membuat siswa kekurangan daya saing, menyebabkan masalah sosial yang serius. Namun, ini tidak membuat kelompok 'redneck' marah, bahkan sebagian orang menganggap apa yang dia katakan ada benarnya. Yang benar-benar memicu kemarahan mereka adalah solusi yang diusulkan Vivek—mendatangkan lebih banyak imigran terdidik, terutama dari India dan kawasan Asia Timur. Pandangan ini segera ditentang dengan keras oleh kelompok 'redneck' di Amerika, yang merasa ini akan mengambil pekerjaan mereka, dan menuduh Vivek sebagai perwakilan kapitalis yang berusaha mendorong Amerika untuk 'menyerang' lebih lanjut melalui imigrasi.

Dilema Musk

Musk sebagai pendukung Vivek, terjebak dalam dilema. Sebagai pemilik platform X, ia memahami pandangan Vivek, karena ia juga mempekerjakan banyak imigran terdidik dari negara-negara seperti China dan India, dan sangat menyadari pentingnya imigran ini bagi perusahaan di Amerika. Musk menekankan bahwa imigran ini jauh lebih terampil dan bersemangat dibandingkan tenaga kerja lokal, dan merupakan kunci keberhasilan perusahaan. Namun, ia juga tahu bahwa kelompok 'redneck' tidak mudah menerima imigran asing, terutama dalam situasi di mana masalah pengangguran semakin serius.

Untuk meredakan konflik, Musk mengeluarkan pernyataan, berusaha memberi dukungan kepada Vivek, menekankan bahwa ia bergantung pada tenaga kerja imigran yang sangat terdidik di perusahaan-perusahaan seperti Tesla dan SpaceX. Meskipun imigran ini hanya merupakan sebagian kecil dari total imigran di Amerika Serikat, kontribusi mereka terhadap ekonomi AS tidak bisa diabaikan. Namun, perkataan Musk tidak diterima oleh 'redneck', malah memicu kemarahan yang lebih besar. Mereka berpendapat bahwa Musk terlalu bergantung pada imigran, bahkan mempertanyakan apakah ia menentang nilai-nilai tradisional Amerika.

Tuduhan Bannon: Musk adalah 'pengkhianat'

Bannon, mantan penasihat Trump, dijuluki sebagai 'redneck pertama Amerika', juga bersuara dalam perdebatan ini. Ia secara terbuka menuduh Musk sebagai 'pengkhianat', mengatakan bahwa Musk mendukung imigran untuk merusak kubu Trump dan berusaha untuk menghancurkan gerakan MAGA (Make America Great Again) dari dalam. Bannon percaya bahwa dukungan Musk berarti arah kubu Trump telah menyimpang, dan ia mempertanyakan motivasi sebenarnya di balik dukungan Musk terhadap imigran, percaya bahwa ini dimaksudkan untuk melemahkan posisi pekerja lokal dan mendorong langkah-langkah globalisasi.

Pernyataan Bannon dengan cepat menyebar di antara kelompok 'redneck', banyak orang mulai berpikir bahwa Musk hanya mendukung imigran untuk kepentingan bisnisnya sendiri, dan tidak benar-benar peduli tentang masa depan Amerika. Tindakan ini juga membuat keretakan di dalam kubu Trump semakin jelas, beberapa pendukung mulai mempertanyakan apakah Trump harus terus beraliansi dengan Musk.

Posisi Trump: Mendukung Musk

Akhirnya, Trump menyatakan posisinya tentang masalah ini. Ia menyebutkan bahwa di perusahaannya juga terdapat banyak imigran dari negara-negara terdidik, yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perusahaan dan negara. Trump percaya bahwa pandangan Vivek dan Musk memiliki alasan yang kuat, dan mendukung kebijakan imigran terdidik adalah bermanfaat bagi ekonomi dan perkembangan teknologi Amerika. Pernyataan Trump jelas mengecewakan kubu 'redneck', yang merasa ia telah mengkhianati nilai-nilai inti mereka.

Letusan kejadian ini menandai perpecahan mendalam di dalam kubu Trump. Di masa depan, perpecahan ini mungkin akan menyebabkan munculnya faksi-faksi yang berbeda, bahkan membentuk apa yang disebut sebagai 'ortodoks', 'reformis' atau 'konservatif'. Namun, perbedaan antara Musk dan kelompok 'redneck' sebenarnya sudah terlihat sejak lama, kedua belah pihak awalnya bersatu karena tujuan politik yang sama, sekarang setelah 'menguasai dunia', bagaimana membagi keuntungan menjadi pertanyaan yang paling penting.

Kesimpulan

Pertarungan ini mencerminkan konflik mendalam antara kelas pekerja tradisional dan modal teknologi di Amerika dalam konteks era baru. Sebagian besar anggota kabinet Trump berasal dari universitas ternama, memiliki kekayaan lebih dari satu juta, mewakili kepentingan kelas elit Amerika, sementara 'redneck' mewakili tuntutan kelas akar rumput. Bagaimana menyeimbangkan kepentingan antara keduanya akan menjadi tantangan penting yang dihadapi Trump dan kubunya di masa depan.

Secara keseluruhan, perselisihan antara Musk dan 'redneck' juga mengungkapkan perpecahan mendalam dalam politik Amerika: Di tengah globalisasi ekonomi dan proteksionisme lokal, bagaimana Amerika dapat menemukan jalan yang bisa menjaga daya saing sekaligus memperhatikan kepentingan pekerja biasa, masih merupakan masalah yang belum terpecahkan.