TL;DR
Pasar stablecoin mencapai nilai $205 miliar, menarik perusahaan tradisional seperti Visa, PayPal, Stripe, dan Revolut.
Token-token ini dipatok ke mata uang fiat seperti dolar, menawarkan stabilitas terhadap volatilitas cryptocurrency lainnya.
Tether memimpin pasar tetapi harus menghadapi persaingan dari perusahaan seperti Circle, yang telah menerima lisensi regulasi di UE, yang berpotensi mempengaruhi dominansinya.
Pasar stablecoin telah mencapai nilai sekitar $205 miliar, menarik perhatian berbagai perusahaan tradisional yang ingin memanfaatkan potensinya.
Aset digital ini dirancang untuk mempertahankan nilai yang konstan, biasanya dipatok pada dolar AS atau mata uang fiat lainnya, menjadikannya alternatif yang menarik untuk volatilitas cryptocurrency seperti Bitcoin. Perusahaan seperti Visa, PayPal, Stripe, dan Revolut mulai berinvestasi dalam proyek-proyek terkait stablecoin, menandakan minat yang luas di antara bisnis dan institusi.
Salah satu alasan utama di balik kesuksesannya adalah bahwa mereka memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan tambahan dengan menerbitkan token yang didukung oleh cadangan, seperti obligasi Treasury AS jangka pendek. Strategi ini menawarkan imbal hasil yang menarik bagi penerbit. Selain itu, tidak seperti cryptocurrency lain yang lebih volatil, stablecoin semakin mendapat perhatian sebagai pilihan yang layak untuk melakukan transaksi karena stabilitasnya, membuat pertukaran uang menjadi lebih mudah tanpa risiko yang terkait dengan ketidakpastian.
Apakah Dominasi Tether di Pasar Stablecoin Dalam Bahaya?
Tether, dengan stablecoin USDT-nya, telah mendominasi pasar selama beberapa tahun, mencapai kapitalisasi pasar sekitar $140 miliar. Namun, persaingan semakin meningkat karena perusahaan seperti Circle telah menerima lisensi uang elektronik di Uni Eropa. Regulasi ini bisa mempengaruhi Tether, yang hingga saat ini belum mengajukan permohonan untuk lisensi tersebut, yang berpotensi menyebabkan beberapa bursa mencabut tokennya.
Sementara itu, beberapa perusahaan AS semakin memperdalam keberadaan mereka di pasar ini. Visa, misalnya, telah meluncurkan platform yang memungkinkan bank untuk menerbitkan stablecoin, sementara PayPal sudah memiliki tokennya sendiri yang disebut PYUSD, yang dikembangkan bekerja sama dengan Paxos. Stripe, di sisi lain, telah mengakuisisi Bridge, sebuah platform fintech yang mengkhususkan diri dalam transaksi dengan token ini.
Meskipun mereka menawarkan banyak keuntungan, stablecoin juga memiliki beberapa kelemahan. Keruntuhan TerraUSD pada tahun 2022 menunjukkan kerentanan beberapa model, terutama yang algoritmik. Meskipun ada risiko, stablecoin terus menjadi salah satu opsi yang paling menarik bagi perusahaan yang ingin memasuki pasar crypto tanpa mengekspos diri mereka pada risiko yang signifikan.