Tether (USDT), stablecoin terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar sebesar $139,7 miliar—lebih besar daripada seluruh valuasi Nike atau UPS dan kira-kira 13% dari total pasokan Franc Swiss—akan dihapus dari daftar di EU pada 30 Desember 2024, karena ketidakpatuhan terhadap regulasi MiCA baru dari EU. Perkembangan ini dapat berdampak signifikan pada pasar kripto, terutama di daerah seperti Argentina, di mana 80% kontraktor teknologi bergantung pada USDT untuk pembayaran, dan di antara investor institusi, yang menjadikan USDT sebagai cara yang diutamakan untuk dengan cepat dan aman mengonversi aset digital menjadi USD.
MiCA (Regulasi Pasar Aset Kripto) bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan perlindungan konsumen di ruang kripto. Di bawah aturan ini, penerbit stablecoin seperti Tether, yang dikategorikan sebagai penyedia Electronic Money Tokens (EMT), harus mendapatkan lisensi yang sesuai, seperti menjadi lembaga kredit atau uang elektronik yang terotorisasi, dan mengajukan whitepaper aset kripto kepada regulator. Tether telah memilih untuk tidak memenuhi persyaratan ini, berbeda dengan pesaingnya Circle, yang USDC-nya sudah patuh MiCA melalui lisensi uang elektronik yang diperoleh di Paris.
Ketidakpatuhan regulasi ini menimbulkan pertanyaan penting. Mengapa Tether memilih untuk tidak beradaptasi dengan kerangka MiCA? Apakah keputusan ini dapat mengurangi likuiditas dan meningkatkan volatilitas di pasar EU? Selain itu, apakah ini dapat mempercepat adopsi stablecoin berbasis Euro atau semakin memperkuat posisi Circle dengan USDC? Sementara MiCA menetapkan dasar regulasi yang sangat dibutuhkan untuk investasi institusi dan solusi web3, konsekuensi yang tidak diinginkan dari melarang USDT dapat mengubah lanskap stablecoin di Eropa.
Apa pendapat Anda tentang strategi Tether dan implikasinya bagi ekosistem kripto EU?