Dengan kebangkitan AI, pasar teknologi mengalir dengan semangat.
Tahun 2024 tidak diragukan lagi adalah tahun panen saham teknologi global. Menurut laporan dari beberapa lembaga keuangan, saham teknologi mengalami kenaikan dua digit dalam setahun, termasuk kasus saham konsep kecerdasan buatan (AI) yang melonjak pesat. Yang paling mencolok termasuk raksasa chip grafis Nvidia (NVDA) yang di tengah permintaan AI yang melonjak, harga sahamnya sempat melampaui nilai pasar beberapa perusahaan raksasa tradisional; perusahaan cloud computing dan analisis data yang memiliki aplikasi beragam juga menikmati pengejaran dana. Serangkaian perangkat keras baru dan algoritma berbasis AI membuat perusahaan sangat ingin meningkatkan sumber daya komputasi besar-besaran, yang mendorong vitalitas pasar.
Sumber gambar: Google Finance Nvidia di tengah permintaan AI yang melonjak, harga sahamnya sempat melampaui nilai pasar beberapa perusahaan raksasa tradisional.
Ada juga analisis yang berpendapat bahwa kebijakan positif dari Gedung Putih adalah penggerak. Setelah pemilu 2024, pemerintah baru memiliki sikap positif terhadap teknologi AI, membentuk unit khusus untuk menggabungkan AI dan cryptocurrency, mendirikan apa yang disebut "Czar Kripto dan AI" (Crypto and AI Czar). Setelah berita ini muncul, investor percaya bahwa pemerintah berniat untuk mendalami AI dan membangun keuangan digital baru, memicu pasar untuk kembali memanas. Konsep masa depan seperti "kolaborasi otonom AI" mulai berkembang di kalangan industri, membuat investor optimis terhadap aplikasi dan potensi di masa mendatang. Namun, seperti biasanya dalam gelombang teknologi, pasar memiliki harapan terhadap "penggabungan blockchain dan AI" sekaligus menyimpan kekhawatiran terhadap risiko gelembung dan persaingan.
Blockchain belum meledakkan revolusi 'Kambrium'.
Dibandingkan dengan gelombang AI, teknologi blockchain pada tahun 2024 meskipun memiliki kemajuan stabil, namun belum terlihat ledakan 'Kambrium' yang serupa. Pengamat menunjukkan bahwa blockchain harus benar-benar menciptakan lompatan revolusioner seperti AI, masih perlu menyelesaikan kendala teknologi inti, terutama masalah skalabilitas dan akses data.
Web3 idealnya harus dapat menggantikan aplikasi utama Web2, seperti platform sosial terdesentralisasi atau layanan ekonomi berbagi, tetapi hingga saat ini tidak ada contoh sukses yang signifikan. Sebagian besar aplikasi terdesentralisasi terjebak dalam batasan kecepatan transaksi, kapasitas database, dan pengalaman pengguna, tidak dapat berdiri sejajar dengan layanan jaringan yang ada. Beberapa orang mengaitkannya dengan 'tiga tantangan penyimpanan blockchain', yaitu sulitnya mendapatkan ketiga aspek skalabilitas, akses acak cepat, dan integrasi kontrak pintar. Oleh karena itu, meskipun perkembangan blockchain tampak bertenaga, tetapi belum benar-benar melompat ke tahap 'siap pakai dan aplikasi yang kaya'.
Klik di sini untuk melihat lebih banyak informasi tentang (Apa itu blockchain?).
Keterkaitan AI dan kripto semakin dalam, pasar berharap akan asimilasi.
Meskipun kemajuan blockchain lambat, beberapa tren menunjukkan adanya ruang untuk kombinasi kedua belah pihak. Beberapa lembaga penelitian AI dan perusahaan kripto sedang mencoba menggabungkan "agen otomatis" (AI Agents) dengan blockchain, sehingga program cerdas dapat melakukan transaksi cepat di atas protokol blockchain, mengelola dompet digital atau menyediakan layanan terdesentralisasi. Jika "AI Agent on-chain" ini dapat diterapkan secara stabil, mungkin akan memberikan blockchain kemampuan skalabilitas yang belum pernah ada sebelumnya.
Namun, penggabungan AI dan blockchain juga membawa lapisan kekhawatiran lain, seperti jika agen pintar memiliki fungsi transaksi, pasti akan menghadapi masalah regulasi keamanan. Beberapa ahli berpendapat bahwa harus ada dinding api yang baik dan mekanisme audit kontrak yang lengkap, jika tidak, agen otomatis jika disalahgunakan dapat menimbulkan ancaman serius bagi dana atau keamanan sistem pengguna. Saat ini, industri berharap bahwa pendekatan regulasi pemerintah baru dapat lebih sistematis dalam mengoordinasikan pelaku usaha, komunitas kripto, dan lembaga regulasi, sehingga industri dapat melepaskan potensi dalam risiko yang terkontrol.
Saat ini optimis, tetapi juga perlu waspada terhadap fluktuasi.
Secara keseluruhan, AI telah berhasil mendorong pertumbuhan saham teknologi dua kali lipat pada tahun 2024, menunjukkan kinerja yang mengesankan. Sebaliknya, meskipun blockchain belum meledak dengan pertumbuhan besar-besaran seperti 'Kambrium', tetapi masih memiliki dasar pengembangan yang stabil dan sehat. Sebagian besar orang di industri percaya, ketika blockchain menyelesaikan hambatan skalabilitas dan penyimpanan, dan dapat terhubung dengan teknologi AI dengan lancar, maka akan muncul gelombang teknologi baru. Saat itu, aplikasi turunan yang dihasilkan dari penggabungan Web3 dan AI mungkin akan sepenuhnya mengubah bisnis jaringan yang ada.
Namun, arah masa depan masih perlu memperhatikan situasi internasional, gejolak keuangan, dan arah kebijakan. Kebangkitan AI memang memicu gelombang saham teknologi, tetapi ketidakpastian ekonomi global masih ada, dan pasar kripto sendiri juga mengalami fluktuasi siklis. Investor harus optimis terhadap kemungkinan integrasi mendalam antara AI dan blockchain, tetapi juga harus berhati-hati menghadapi risiko potensial. Begitu regulasi, teknologi, dan peluang modal bersatu, 'Kambrium' blockchain mungkin akan segera datang, mendorong pembentukan peta jaringan yang baru.
"Revolusi AI telah tiba! Tetapi blockchain bahkan belum memasuki 'Kambrium', dapatkah kita menciptakan peluang baru melalui penggabungan AI?" Artikel ini pertama kali diterbitkan di "Kota Kripto".