Menurut miliarder teknologi Elon Musk, kecerdasan buatan bisa menjadi lebih pintar dari manusia mana pun pada akhir tahun depan. Prediksi ini disampaikan CEO Tesla dan SpaceX tak lama setelah perusahaan AI miliknya, xAI, resmi meluncurkan model penghasil gambar pertamanya, Aurora, awal bulan ini.
Aurora, versi terbaru dari model pembuatan gambar pertama yang diperkenalkan xAI pada bulan Oktober, memungkinkan pengguna membuat gambar fotorealistik.
Dibandingkan dengan model AI lainnya, Aurora memiliki keterbatasan yang lebih sedikit dan dapat menghasilkan gambar akurat di hampir semua waktu, termasuk gambar selebriti dan karakter berhak cipta.
“Kemungkinan besar AI akan melampaui kecerdasan manusia mana pun pada akhir tahun 2025, dan mungkin semua manusia pada tahun 2027/2028”.
Menurutnya, kemungkinan AI akan melampaui kecerdasan seluruh manusia jika digabungkan pada tahun 2030 “adalah ~100%.”
Awal tahun ini, xAI milik Musk meluncurkan Colossus, yang digambarkan sebagai sistem pelatihan AI paling kuat di dunia, yang menetapkan tolok ukur baru dalam bidang AI yang berkembang pesat. Colossus membanggakan 100.000 chip unit pemrosesan grafis (GPU) H100 berpendingin cairan yang dipasok oleh Nvidia, membantu xAI mengungguli pesaingnya, termasuk OpenAI.
Sementara itu, tokoh-tokoh dan ilmuwan terkemuka telah menyuarakan keprihatinan dalam beberapa tahun terakhir mengenai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh adopsi teknologi AI yang tidak terkendali.
Bulan lalu, ilmuwan komputer dan profesor terkenal di Universitas Montreal Yoshua Bengio memperingatkan bahwa mesin akan segera memperoleh sebagian besar kemampuan kognitif manusia dan dengan demikian menimbulkan risiko serius bagi pekerja manusia karena pengendalian AI menjadi semakin sulit.
Ilmuwan komputer tersebut menyebutkan ketakutan umum bahwa mesin AI yang saat ini sedang dilatih “akan menciptakan sistem anti-manusia.”
Bengio juga menekankan potensi risiko kesenjangan sosial dan politik yang berasal dari AI, dengan menunjukkan bahwa sejumlah organisasi dan pemerintah mampu membangun mesin AI yang kuat dan bertenaga dengan biaya yang mahal. Hal ini akan menyebabkan terkonsentrasinya kekuatan ekonomi, politik dan militer, yang pada akhirnya mengancam stabilitas geopolitik di seluruh dunia, ilmuwan tersebut memperingatkan.
Pada bulan Juni, ketika berbicara pada KTT G7 di Italia, Paus Fransiskus memperingatkan umat manusia agar tidak bergantung pada pilihan yang dibuat oleh mesin.
Paus menekankan bahwa algoritma “hanya dapat memeriksa fakta-fakta yang diformalkan dalam bentuk numerik,” sedangkan manusia memiliki kecerdasan dan dapat mendengarkan Alkitab “tidak hanya untuk memilih tetapi juga kemampuan untuk memutuskan dalam hati”.