Dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin telah menjadi salah satu topik paling hangat di kalangan investor. Terutama pada puncak pasar bullish, harga Bitcoin sempat menembus ekspektasi psikologis 100.000 USD, menarik banyak investor, terutama 200 juta kelas menengah baru dari China. Mereka memasuki pasar ini dengan keinginan untuk meningkatkan kekayaan, tetapi dalam gejolak pasar yang gila, mereka mengalami "pemotongan" berulang kali. Mengapa kelas menengah baru yang awalnya cerdas bisa menjadi "korban" dalam permainan kekayaan Bitcoin ini?
Mengapa kelas menengah baru begitu antusias terhadap Bitcoin?
Bagi kelas menengah baru, mengejar pelestarian dan peningkatan kekayaan adalah tujuan utama mereka. Sementara Bitcoin sebagai aset digital "terdesentralisasi" dan "anti-inflasi" memiliki daya tarik yang besar bagi mereka.
Pertama, kelangkaan Bitcoin memberikannya atribut investasi yang mirip dengan emas. Kelas menengah baru seringkali berharap untuk menyebar risiko investasi, dan Bitcoin dengan label pengembalian tinggi dan ketahanan risiko menjadi favorit baru dalam portofolio mereka.
Kedua, media sosial dan "mitos kekayaan" KOL semakin merangsang keinginan mereka untuk berinvestasi. Anda mungkin pernah mendengar cerita seperti ini: seorang investor yang awalnya membeli ratusan Bitcoin kini menjadi miliarder. Cerita semacam ini adalah godaan yang luar biasa bagi kelas menengah baru yang ingin cepat kaya.
Selain itu, kelas menengah baru memiliki cadangan dana tertentu, dan mereka juga lebih bersedia mengambil risiko tinggi untuk mengejar pengembalian tinggi. Dan aset dengan volatilitas tinggi seperti Bitcoin sangat cocok dengan upaya berani mereka untuk meningkatkan kekayaan.
Dari "mitos kekayaan" ke "pemotongan keuntungan"
Namun, harapan yang ideal sering kali tidak sejalan dengan kenyataan. Banyaknya kelas menengah baru yang masuk justru menjadikan mereka sebagai "mangsa" utama di pasar.
Pertama, pasar Bitcoin pada dasarnya adalah pasar yang sangat spekulatif. Fluktuasi harganya tidak sepenuhnya ditentukan oleh penawaran dan permintaan, tetapi dikendalikan oleh banyak modal. Setiap kali harga Bitcoin mendekati puncaknya, sering kali diiringi oleh tindakan "menarik" dari investor institusi, dan pada saat itu media dan platform sosial mulai mempromosikan secara besar-besaran, membuat investor kecil merasa "masih bisa naik", sehingga menarik mereka untuk membeli pada harga tinggi.
Kedua, strategi investasi kelas menengah baru sering kali kurang perencanaan rasional. Banyak orang tidak benar-benar memahami mekanisme kerja Bitcoin, hanya ikut-ikutan berinvestasi. Terutama saat emosi pasar meningkat, mereka mudah dipicu oleh kecemasan "ketinggalan kesempatan", dan secara membabi buta membeli Bitcoin pada harga tinggi.
Ketiga, pasar Bitcoin adalah pasar global yang beroperasi 24 jam tanpa henti, yang membuat kelas menengah baru kesulitan mengendalikan ritme. Mereka mungkin panik menjual karena penurunan mendadak, atau mungkin membeli lagi karena lonjakan harga semalam, akhirnya terjebak dalam siklus "beli rendah jual tinggi".
Logika di balik pemotongan kelas menengah baru
Sebenarnya, di balik pemotongan kelas menengah baru dengan Bitcoin, terdapat logika yang lebih dalam.
Pertama, ini adalah permainan dengan asimetri informasi. Meskipun kelas menengah baru memiliki dasar ekonomi tertentu, pemahaman mereka tentang teknologi dan pasar cryptocurrency jauh di bawah investor profesional. Di pasar Bitcoin, investor institusi dan pemegang awal sering kali menguasai banyak keuntungan informasi, mereka dapat dengan mudah memprediksi psikologi investor kecil, sehingga memanfaatkan fluktuasi pasar untuk meraih keuntungan.
Kedua, ketidakjelasan aturan pasar juga memperburuk ketidaksetaraan ini. Pasar Bitcoin kurang memiliki mekanisme pengawasan seperti pasar keuangan tradisional, sehingga fluktuasi harga dapat dengan mudah dikendalikan oleh pemain besar. Ini menjadikan kelas menengah baru sebagai korban di luar aturan.
Ketiga, sikap investasi kelas menengah baru juga menentukan bahwa mereka sulit untuk keluar sepenuhnya. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang berinvestasi dengan hati-hati, kelas menengah baru lebih cenderung mengejar keuntungan cepat. Ketika harga Bitcoin melonjak, mereka cenderung dipengaruhi oleh emosi dan mengabaikan risiko.
Bagaimana menghindari menjadi "korban"?
Jadi, bagi kelas menengah baru yang ingin meningkatkan kekayaan melalui Bitcoin, adakah cara untuk menghindari dijadikan "korban"?
Pertama, lakukan riset yang cukup sebelum berinvestasi. Nilai Bitcoin tidak hanya dari fluktuasi harga; teknologi dasar dan logika pasar juga perlu dipahami secara mendalam. Hanya dengan memahami esensinya, kita dapat menjaga rasionalitas saat berinvestasi.
Kedua, mengontrol proporsi investasi. Kelas menengah baru harus memahami bahwa Bitcoin adalah aset berisiko tinggi, dan tidak boleh menggunakan terlalu banyak modal untuk berinvestasi. Umumnya disarankan untuk menginvestasikan 5%-10% dari total aset dalam Bitcoin untuk mengurangi risiko keseluruhan.
Ketiga, hindari perdagangan yang dipengaruhi emosi. Saat pasar bergejolak, jangan ikut-ikutan secara membabi buta atau panik menjual. Anda bisa menetapkan titik stop-loss dan take-profit terlebih dahulu untuk membuat perilaku investasi lebih disiplin.
Keempat, diversifikasi investasi. Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang; selain Bitcoin, Anda juga bisa mempertimbangkan saham, reksa dana, atau bahkan aset fisik untuk menyebar risiko.
Kesimpulan: Investasi tidak pernah sama dengan perjudian.
Bitcoin memang merupakan aset dengan potensi tinggi, tetapi itu bukan jalan pintas menuju kebebasan finansial. 200 juta kelas menengah baru yang memiliki berbagai pengalaman di pasar Bitcoin mengingatkan kita bahwa investasi selalu membutuhkan rasionalitas dan pengetahuan.