Menurut laporan baru-baru ini namun belum dikonfirmasi, diklaim bahwa Uni Emirat Arab (UEA) mungkin memiliki Bitcoin senilai lebih dari 40 miliar dolar. Hal ini dapat menjadikan UEA sebagai aktor penting dalam dunia mata uang kripto.
Dengan meningkatnya spekulasi, kepemilikan Bitcoin sebesar itu diperkirakan dapat mengubah dinamika pasar secara signifikan dan berdampak pada adopsi mata uang kripto global.
Jumlah Bitcoin yang dimiliki oleh UEA akan lebih banyak daripada total aset Bitcoin di AS dan Tiongkok, dan mungkin ada perubahan besar dalam investasi kripto perusahaan.
Memahami Kepemilikan Bitcoin UEA
Kepemilikan Bitcoin senilai $40 miliar di UEA dapat secara serius mengubah keseimbangan antar negara terkait kepemilikan mata uang kripto. Menurut data saat ini, AS adalah pemimpin dengan 207,189 BTC, yang setara dengan sekitar $19.76 miliar. China menempati urutan kedua dengan 194,000 BTC, dan nilai jumlah ini sekitar 18.5 miliar dolar. Inggris memiliki nilai sekitar $5.82 miliar dengan 61,000 BTC.
Jika kepemilikan UEA sebesar ini, maka aset tersebut akan lebih besar daripada gabungan aset AS dan Tiongkok, sehingga dapat mengubah cara negara menilai dan mengelola investasi Bitcoin. Namun klaim tersebut masih dalam tahap spekulasi karena belum ada konfirmasi mengenai keakuratan laporan tersebut.
Isi laporan ini menimbulkan pertanyaan tentang apa dampak penjualan tersebut terhadap pasar jika UEA memiliki kepemilikan Bitcoin yang begitu besar. Jika sekitar 420,000 BTC dijual dengan harga pasar saat ini, akan terjadi peningkatan likuiditas yang signifikan, yang dapat menyebabkan fluktuasi harga.
Volatilitas tersebut dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan baik bagi investor institusi maupun investor ritel. Bitcoin sebagian besar dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penyimpan nilai, sehingga aksi jual besar-besaran dapat berdampak negatif terhadap persepsi tersebut.
Karena total pasokan Bitcoin dibatasi hingga 21 juta, penjualan sebesar itu dapat mempengaruhi keseimbangan pasokan-permintaan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan harga yang tajam dan berdampak negatif pada ekosistem mata uang kripto secara keseluruhan.
Memiliki aset Bitcoin senilai $40 miliar tidak hanya menarik, tetapi juga menunjukkan bahwa UEA adalah pendukung aktif teknologi blockchain dan aset digital. Jika klaim ini benar, UEA kemungkinan besar akan memandang aset Bitcoinnya sebagai investasi jangka panjang dibandingkan menjualnya secara terburu-buru.
Penjualan semacam itu akan bertentangan dengan tujuan UEA untuk menjadi pionir dalam inovasi mata uang kripto dan tidak sesuai dengan visi strategisnya. Laporan-laporan ini, yang belum terbukti akurat, semakin mempertanyakan semakin pentingnya Bitcoin dalam infrastruktur keuangan global dan potensi dampaknya.
Jika spekulasi ini benar, pendekatan UEA terhadap mata uang kripto dapat menjadi contoh bagi negara lain dan semakin memperkuat integrasi mata uang kripto ke dalam strategi keuangan nasional.