21 Desember, menurut video di platform sosial X, selama rapat ketat di Dewan Perwakilan Amerika Serikat, anggota Partai Demokrat Rosa DeLauro secara terbuka mengkritik CEO Tesla dan Twitter Elon Musk dengan keras. DeLauro menuduh Musk melampaui bidang bisnisnya dan tidak pantas 'campur tangan' dalam inti sistem Amerika—urusan Kongres, serta mempertanyakan: 'Siapa sebenarnya yang berkuasa?'
Pernyataan DeLauro disampaikan setelah serangkaian peristiwa baru-baru ini yang memicu perhatian publik terhadap apakah pemimpin perusahaan swasta terlalu mempengaruhi proses pembuatan kebijakan publik. Sebagai seorang anggota dewan senior yang telah lama memperhatikan kebijakan ekonomi dan isu kesejahteraan sosial, DeLauro menekankan pentingnya independensi Kongres dan prosedur demokratis. Dia menunjukkan bahwa meskipun individu memiliki hak untuk menyatakan pandangannya, ketika ungkapan ini berubah menjadi intervensi konkret terhadap operasi lembaga legislatif, maka itu menyentuh prinsip pemisahan kekuasaan yang dijamin oleh konstitusi.
Dalam pernyataan tajam ini, DeLauro secara khusus menyebut perilaku Musk dan menghubungkannya dengan kerangka dasar pemerintahan negara. 'Kami melihat satu demi satu contoh menunjukkan bahwa beberapa orang tampaknya mengira mereka bisa berada di atas hukum, bahkan mencoba berperan sebagai 'Presiden Amerika'.' Dia berkata, 'Ini bukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang warga negara, apalagi hak yang dapat secara sah dilakukan oleh seorang miliarder atau orang lain dengan identitas apapun.'
Pernyataan ini tidak hanya menarik perhatian anggota dewan yang hadir, tetapi juga dengan cepat menyebar di media sosial, menyebabkan topik tentang tanggung jawab sosial pengusaha dan peran mereka yang tepat dalam diskusi politik menjadi hangat. Beberapa komentator berpendapat bahwa kata-kata DeLauro mencerminkan kekhawatiran masyarakat saat ini terhadap pengaruh perusahaan besar dan raksasa teknologi; sementara yang lain menganggap ini sebagai reaksi berlebihan terhadap kebebasan berekspresi individu.
Perlu dicatat bahwa ini bukan pertama kalinya seorang tokoh politik mengkritik Musk dengan cara yang serupa. Sejak dia mengakuisisi Twitter dan menjadi pemiliknya, bagaimana dia menggunakan platform ini dan konsekuensi yang mungkin ditimbulkannya telah menjadi kontroversi. Selain itu, Musk juga pernah menjadi sorotan dan kritik luas karena pernyataannya di Twitter.
Insiden ini semakin memperdalam diskusi tentang batasan kekuasaan, kebebasan berbicara, dan hubungan kompleks antara pengelolaan platform internet. Dengan perkembangan teknologi dan perubahan struktur sosial, bagaimana menyeimbangkan faktor-faktor ini akan menjadi salah satu isu penting dalam waktu dekat. Sementara itu, Kongres Amerika Serikat terpaksa menghadapi serangkaian masalah yang muncul, termasuk bagaimana menjaga otoritas dan representasi diri untuk memastikan berfungsinya sistem demokrasi secara efektif.
Singkatnya, pernyataan anggota dewan DeLauro tidak hanya merupakan kritik terhadap perilaku tertentu, tetapi juga merupakan refleksi mendalam tentang distribusi kekuasaan dan nilai-nilai demokratis dalam skala yang lebih luas. Ini mengingatkan orang-orang bahwa bahkan dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi, menghormati supremasi hukum dan prosedur demokratis tetap merupakan fondasi yang tak terpisahkan.