Lanskap cryptocurrency Asia tetap merupakan campuran adopsi yang berkembang,
hambatan regulasi, dan meningkatnya ancaman siber. Dari kebijakan pajak yang ketat di India
kebijakan hingga serangan siber yang tidak henti-hentinya dari Korea Utara, wilayah ini adalah medan perang
dan tanah subur untuk inovasi kripto.
🇮🇳 India: Adopsi Kuat, Kebijakan Ketat
Beban Pajak: India mengenakan pajak 1% yang dipotong di sumber (TDS) pada semua
transaksi kripto, menghambat aktivitas perdagangan di bursa lokal.
Larangan Bursa Offshore: Sembilan bursa asing, termasuk Binance,
diblokir pada akhir 2023. Binance sejak itu melanjutkan operasi pada 2024.
Ketidakpastian Regulasi: Bank Cadangan India (RBI) dilaporkan
mempertimbangkan larangan penuh terhadap kripto demi Mata Uang Digital Bank Sentralnya
(CBDC).
🇮🇩 Indonesia: Pemimpin Regional dalam Adopsi Kripto
Aliran Nilai Besar: Indonesia menduduki peringkat ketiga secara global dalam nilai kripto
diperoleh antara Juli 2023 dan Juni 2024, totalnya $157,1 miliar.
Meskipun kewaspadaan regulasi, adopsi tetap kuat di kalangan ritel dan
investor institusi.
🇸🇬 Singapura: Pusat Kripto Regional
Kejelasan Regulasi: Singapura tetap menjadi mercusuar bagi perusahaan kripto, dengan
kerangka regulasi yang terdefinisi dengan baik.
Bursa Berlisensi: Pada tahun 2024, Gemini, OKX, dan Upbit menerima
lisensi operasional, bergabung dengan raksasa seperti Coinbase dan Ripple.
Sentimen Investor: 94% dari individu dengan kekayaan tinggi di Singapura
secara aktif berinvestasi atau mempertimbangkan aset kripto.
🇭🇰 Hong Kong: Mengejar dalam Perlombaan Kripto
Lisensi Lambat: Hong Kong berencana untuk menyetujui 11 lisensi kripto sebelum akhir tahun,
meskipun kemajuan telah lebih lambat dibandingkan di Singapura.
Insentif Pajak: Pemerintah sedang mempertimbangkan pemotongan pajak kripto untuk
investor ultra-kaya untuk menarik kekayaan pribadi ke dalam ekosistem aset digital.
💻 Ancaman Siber Korea Utara: Peningkatan Grup Lazarus
Peretasan yang Disponsori Negara: Grup Lazarus yang didukung Korea Utara melaksanakan
beberapa peretasan terbesar tahun 2024:
$305M pelanggaran di DMM Bitcoin Jepang.
$235M peretasan di WazirX India.
$20,5M eksploitasi di Indodax Indonesia.
$45M pelanggaran di BingX yang berbasis di Singapura.
Taktik Infiltrasi: Agen Korea Utara menyamar sebagai karyawan di perusahaan kripto,
mencuri gaji dan melakukan kampanye rekayasa sosial.
Penyebaran Malware: Kelompok seperti Sapphire Sleet menggunakan pekerjaan LinkedIn palsu
penawaran dan unduhan perangkat lunak yang terinfeksi malware untuk menyusup ke
jaringan perusahaan.
🌏 Tren Utama di Pasar Kripto Asia
Adopsi Institusional Meningkat: Lebih banyak perusahaan dan individu dengan kekayaan tinggi
mendiversifikasi portofolio dengan aset kripto.
Pertarungan Regulasi: India dan Korea Selatan tetap ragu, sementara
Singapura dan Hong Kong maju dengan kejelasan lisensi.
Risiko Keamanan Siber: Peretasan yang didukung negara oleh Korea Utara tetap menjadi masalah
kekhawatiran, dengan miliaran yang hilang setiap tahun akibat serangan siber yang canggih.
🚀 Jalan di Depan
Untuk Investor: Singapura dan Hong Kong tetap menjadi pusat yang menarik dengan pertumbuhan
minat institusional dan regulasi yang lebih jelas.
Untuk Regulator: Menyeimbangkan inovasi dan risiko akan sangat penting, terutama di
India dan Korea Selatan.
Untuk Keamanan: Perusahaan kripto harus meningkatkan pertahanan siber terhadap
ancaman yang berkembang dari kelompok peretas yang didukung Korea Utara.
Asia tetap menjadi pusat percakapan kripto global—sebuah wilayah yang dipenuhi dengan
kesempatan, risiko, dan evolusi regulasi.
Apa pendapat Anda tentang lanskap kripto Asia? Bagikan pemikiran Anda di bawah!
📢 Penafian: Konten ini hanya untuk tujuan informasi dan bukan nasihat keuangan
nasihat. Selalu DYOR dan konsultasikan dengan penasihat profesional sebelum berinvestasi. 🚨
#DYOR #CryptoDisclaimer
🌏📊 #CryptoAsia #IndiaCrypto #SingaporeCrypto #NorthKoreaHacks #Bitcoin
#CryptoNews