Copper Technologies, perusahaan kustodian kripto yang berkantor pusat di London, telah resmi menarik permohonannya untuk mendaftar ke Otoritas Perilaku Keuangan (FCA) Inggris. Langkah ini menunjukkan peralihan Copper ke pasar internasional karena Inggris kehilangan daya tarik di antara bisnis kripto. Hal ini terjadi karena persaingan global dan peraturan yang lebih ketat mendorong bisnis ke tempat lain.

Tembaga dan Kepemimpinan Baru, Arah Baru

Copper Technologies, yang dulunya merupakan bisnis kripto terkemuka di Inggris, telah mengarahkan pandangannya ke luar negeri di bawah bimbingan CEO barunya. Pada bulan Oktober, Amar Kuchinad menjadi CEO perusahaan dan berbagi visinya untuk ekspansi global. Ia menekankan pentingnya memperkuat kehadiran internasional perusahaan.

Ia mengatakan penyempurnaan strategi pertumbuhan Copper telah menjadi prioritas utama. Proses ini memerlukan pengambilan keputusan sulit tentang arah mereka. Ia berfokus pada posisi Copper sebagai pemimpin di pasar kripto global.

Upaya ekspansi terkini perusahaan tersebut mencakup pengamanan lisensi di Swiss, Hong Kong, dan Abu Dhabi. Strategi ekspansi Copper juga mencakup penjajakan peluang di Amerika Serikat.

Pergeseran strategis ini terjadi setelah Dmitry Tokarev, pendiri perusahaan, mengundurkan diri sebagai CEO awal tahun ini. Sementara itu, kegagalan Copper untuk mendapatkan pendaftaran di Inggris pada tahun 2022 menandai pergeseran besar. Perusahaan mulai berfokus pada negara-negara dengan regulasi kripto yang lebih jelas.

Tantangan dalam Lingkungan Regulasi Inggris

Perjuangan Copper mencerminkan masalah yang lebih luas dengan lanskap regulasi kripto di Inggris. Pada tahun 2022, FCA memperketat cengkeramannya pada bisnis kripto, dengan menerapkan persyaratan ketat untuk pendaftaran.

Kurang dari 10% pelamar berhasil mendaftar sejak rezim tersebut dimulai. Para pelaku industri berpendapat bahwa pendekatan hati-hati FCA telah menghambat inovasi, mendorong bisnis ke wilayah yang lebih ramah terhadap kripto.

Tulip Siddiq, Sekretaris Ekonomi Departemen Keuangan, baru-baru ini mengungkap kerangka regulasi kripto yang diusulkan oleh pemerintah Buruh. Rencana tersebut bertujuan untuk mengintegrasikan aturan untuk stablecoin, staking, dan aset kripto lainnya di bawah satu sistem. Namun, kerangka tersebut masih dalam tahap pengembangan, dan bisnis seperti Copper masih belum yakin akan kelayakan jangka panjangnya.

Persaingan Global Memanas

Sementara Inggris bergulat dengan rintangan regulasi, pusat-pusat global lainnya bersaing untuk menarik perusahaan-perusahaan kripto. Hong Kong baru-baru ini meningkatkan upayanya untuk menjadi pusat kripto teratas dengan melisensikan empat bursa kripto baru.

Langkah ini merupakan bagian dari upayanya untuk menarik perusahaan dan investor kripto. Kota ini mengandalkan regulasi yang jelas dan kebijakan yang mendukung bisnis untuk memperkuat daya tariknya. Selain itu, Amerika Serikat siap muncul sebagai pemain kunci dalam industri ini.

Hal ini terjadi karena kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump yang baru berjanji untuk menyederhanakan proses regulasi. Hal ini dapat menjadikan negara ini sebagai tujuan yang semakin menarik bagi bisnis kripto.

Copper tengah mencari lisensi kustodian dan pengiriman uang di AS untuk memasuki pasar Amerika yang tengah berkembang. Fokusnya pada pasar internasional mencerminkan tren yang lebih luas dari bisnis kripto Inggris yang mencari peluang yang lebih baik di luar negeri.

Postingan Copper Incar Ekspansi Luar Negeri di Tengah Penarikan Lisensi Inggris muncul pertama kali di TheCoinrise.com.