TikTok, platform video pendek yang populer secara global, sekali lagi berada di pusat kontroversi di Amerika Serikat. Pada hari Jumat, sekelompok hakim federal mengesahkan undang-undang baru yang dapat mengakibatkan aplikasi tersebut dilarang di seluruh negeri pada 19 Januari, kecuali perusahaan induknya yang berbasis di China, ByteDance, menjualnya kepada entitas non-China. Keputusan ini telah memicu kekhawatiran, ketidakpercayaan, dan kecemasan di kalangan jutaan kreator dan bisnis yang berbasis di AS yang mengandalkan platform tersebut untuk penciptaan konten, pendapatan, dan keterlibatan komunitas.
Kreator dalam Kejutan
Kreator konten di TikTok tidak membuang waktu untuk mengekspresikan frustrasi mereka. Bagi banyak orang, aplikasi ini bukan hanya sumber hiburan tetapi juga tali kehidupan untuk karir dan penghidupan mereka.
Katie Wolf, seorang editor buku yang mengatribusikan 80% kliennya kepada TikTok, membagikan kecemasannya, mengatakan bahwa platform tersebut telah mengubah hidupnya. Komedian seperti Alex Pearlman mencerminkan ketakutan serupa, menekankan ketidakpastian sekitar monetisasi dan TikTok Shops. Pearlman, yang memiliki banyak pengikut, mengeluh bahwa kreator memiliki '44 hari' untuk memikirkan langkah selanjutnya jika aplikasi tersebut memang dilarang.
Raksasa Budaya dan Ekonomi
TikTok lebih dari sekadar platform media sosial; ia telah menjadi fenomena budaya dengan 170 juta pengguna yang berbasis di AS. Ia memicu tren, mendukung bisnis, dan menyediakan saluran untuk kreativitas. Kreator seperti Nicole Brennan, seorang seniman dengan lebih dari 450.000 pengikut, menekankan bahwa algoritma TikTok tidak tertandingi dalam menjangkau audiens yang tepat. Bagi dia, platform ini menyumbang lebih dari setengah pendapatannya.
Daniel Daks, CEO Palette Media, sebuah perusahaan yang mewakili ratusan influencer, telah menasihati kreator untuk mendiversifikasi konten mereka di berbagai platform seperti YouTube, Instagram, dan Bluesky. 'Kami mendorong kehati-hatian—kreator perlu siap untuk semua kemungkinan,' catatnya.
Keamanan Nasional vs. Kebebasan Ekspresi
Perdebatan mengenai potensi larangan TikTok berpusat pada kekhawatiran keamanan nasional, dengan para pembuat undang-undang khawatir tentang privasi data dan kontrol oleh musuh asing. Namun, TikTok berargumen bahwa undang-undang tersebut tidak adil menyasar platform ini dan melanggar hak kebebasan berbicara. Sementara hakim mengakui bahwa larangan tersebut akan berdampak negatif pada banyak kehidupan ekonomi dan kreatif orang Amerika, mereka mempertahankan bahwa risiko keamanan nasional lebih besar daripada faktor-faktor ini.
Jalan yang Tidak Pasti ke Depan
Banyak kreator tetap berharap untuk sebuah resolusi, baik melalui intervensi hukum atau perubahan politik. Namun, tekanannya ada untuk mengeksplorasi alternatif. Steve Natto, seorang kreator yang fokus pada sepatu sneaker, memposting di delapan platform tetapi mengakui tidak ada yang sebanding dengan jangkauan audiens TikTok. Demikian pula, Pearlman menyoroti algoritma unik aplikasi tersebut, yang memungkinkan siapa saja untuk menjadi viral, sehingga sulit bagi platform lain untuk meniru dampak TikTok.
Bagi bisnis kecil, konsekuensi dari larangan tersebut bisa sangat signifikan. TikTok telah memberdayakan banyak pengusaha dengan menyediakan alat pemasaran yang hemat biaya dan mendorong penjualan melalui TikTok Shops dan konten bersponsor.
Jalan di Depan
Meskipun kepanikan semakin meningkat, beberapa kreator, seperti Nate Ranallo (dikenal sebagai "Nate si Orang Kuku"), tetap optimis dengan hati-hati. 'Masih ada jalan panjang sebelum semuanya final,' katanya.
Saat Januari mendekat, nasib TikTok di AS tetap tidak pasti, tetapi satu hal jelas: kreator, bisnis, dan jutaan pengguna akan merasakan dampak dari setiap keputusan. Untuk saat ini, kreator konten bersiap untuk yang terburuk sambil berharap untuk yang terbaik.