Cahaya matahari sore yang terlambat menyaring melalui tirai berdebu di apartemen kecil saya, menciptakan bayangan panjang di atas meja berantakan tempat laptop saya berdengung dengan ketekunan yang hampir mengejek. Jari-jari saya, yang kapalan akibat scrolling dan trading tanpa henti, melayang ragu-ragu di atas keyboard saat beban dari keputusan terbaru saya menekan dada saya seperti beban fisik.
Baru saja beberapa hari yang lalu, $XRP dan $DOT telah menari dengan janji—grafik hijau mereka melukis lintasan harapan di layar saya. Saya ingat lonjakan listrik kegembiraan, cara napas saya terhenti dengan setiap kenaikan, jantung saya berdebar saat angka-angka meningkat. Portofolio saya bernapas, hidup, penuh potensi.
Kemudian datang *CB*—seorang nabi YouTube lainnya dari dunia crypto, suaranya halus dan percaya diri melalui headphone saya. Analisisnya mengalir seperti narasi yang disusun dengan hati-hati, memperingatkan tentang pembuangan yang akan datang dalam "koin dino." Kata-katanya membawa bobot dari kepakaran yang dianggap, setiap suku kata menetes dengan pengetahuan implisit yang sepertinya menembus keteguhan seorang investor yang hati-hati.
Saya telah mendapatkan hampir 40%—sebuah imbal hasil yang dapat dihormati yang akan dirayakan kebanyakan orang. Tetapi di dunia cryptocurrency yang tidak menentu, yang dapat dihormati bisa terasa seperti kegagalan. Keraguan merayap seperti angin dingin, membisikkan ketidakpastian. Mouse saya melayang, bergetar, dan kemudian—dengan klik tegas yang akan menghantui saya—saya menjual.
Hari-hari yang mengikuti adalah siksaan dari penderitaan digital. Koin-koin yang saya tinggalkan meledak, menggandakan nilai mereka bukan sekali, bukan dua kali, tetapi tiga kali. Setiap penyegaran aplikasi perdagangan saya terasa seperti luka baru, garam yang digiling ke tepi kasar dari kesalahan finansial saya.
Sekarang saya duduk, tidak bergerak. Tangan saya, yang dulu bergerak dengan tujuan, sekarang menggenggam cangkir kopi saya begitu erat sehingga buku jari saya menjadi putih. Cairan pahit itu semakin dingin, mirip dengan antusiasme saya untuk berdagang. Di luar, kota berdenyut dengan ritme yang acuh tak acuh, sama sekali tidak menyadari badai internal yang mengamuk di dalam tempat suci saya yang kecil dan berantakan.
Satu saran santai dari seorang influencer. Satu momen keraguan. Satu klik.
Dan begitu saja, potensi keuntungan saya telah menguap ke ether digital yang luas dan tak kenal ampun.