Dalam beberapa jam terakhir, para investor global secara tak terduga mengalami dampak dari gejolak geopolitik. "Krisis Pemberlakuan Darurat di Korea Selatan" mengejutkan dunia, namun analis Wall Street umumnya percaya bahwa gejolak ini tidak berdampak besar bagi investor AS, tetapi investor internasional perlu memantau dengan cermat.

Apa yang terjadi?

Pada Selasa malam, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol tiba-tiba mengumumkan akan memberlakukan keadaan darurat, dengan alasan adanya "kekuatan anti-negara" dari lawan politik domestik. Meskipun ia kemudian kalah dalam ketegangan dengan parlemen dan terpaksa mencabut keadaan darurat tersebut, tindakannya tidak hanya mengejutkan seluruh Korea Selatan, tetapi juga membuat para investor global "berdebar-debar", ini adalah pertama kalinya negara itu mengumumkan keadaan darurat sejak tahun 1980.

Pada pagi hari yang sama, Bank Sentral Korea juga mengadakan rapat darurat untuk menyusun strategi, menyampaikan langkah-langkah untuk meningkatkan likuiditas jangka pendek dan stabilisasi pasar. Dalam pernyataan yang dirilis setelah pertemuan, Bank Sentral Korea menyatakan bahwa jika diperlukan, mereka juga akan memberikan pinjaman khusus, untuk menyuntikkan dana ke pasar.

Pengamat pasar menunjukkan bahwa tindakan Yoon Suk-yeol ini memicu aliran dana ke aset safe haven tradisional, termasuk obligasi AS, yang menyebabkan nilai mata uang Korea Selatan melemah dan memicu kekhawatiran tentang ketidakstabilan politik di Korea Selatan.

Korea Selatan adalah sekutu penting bagi AS dan juga merupakan bagian kunci dari rantai pasokan global.

Krishna Guha, kepala tim kebijakan global dan strategi bank sentral di Evercore ISI, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa meskipun situasi di Korea Selatan tidak memberikan dampak signifikan bagi pasar global, hal itu memang memicu aliran dana safe haven ke AS, Jepang, dan Swiss. #BTC☀ #ETH🔥🔥🔥🔥