PANews 30 November melaporkan, selama periode Januari hingga Oktober 2024, volume perdagangan pasar kripto Indonesia melebihi 30 miliar dolar AS, meningkat 350% dibandingkan tahun sebelumnya, mencatat total tertinggi sejak bull market 2021. Menurut data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, volume perdagangan kripto Indonesia pada periode yang sama di tahun 2023 sekitar 6,5 miliar dolar AS, turun signifikan dibandingkan dengan estimasi 19,4 miliar dolar AS untuk tahun 2022.
Pasar kripto Indonesia mengalami gejolak panjang setelah mencapai puncak sekitar 54 miliar dolar AS pada tahun 2021. Penurunan besar terjadi pada tahun 2022, yang sebagian besar disebabkan oleh kebijakan 'pajak ganda' yang diterapkan pemerintah, yaitu mengenakan pajak 0,1% atas keuntungan kripto di atas pajak penghasilan standar. Meskipun mengalami kemunduran, indikator terbaru menunjukkan pasar Indonesia sedang pulih, dengan total perdagangan tahun 2024 hingga saat ini melebihi total dua tahun sebelumnya. Menurut Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis, Indonesia dan pasar Oseania/Asia masih merupakan wilayah dengan tingkat adopsi kripto tertinggi di dunia, dengan tujuh dari sepuluh negara teratas berasal dari wilayah tersebut. Hanya India dan Nigeria yang berada di atas Indonesia dalam daftar.