Dunia mata uang kripto di India merupakan sebuah paradoks: meskipun pemerintah menerapkan kebijakan pajak yang ketat—pajak sebesar 30% atas keuntungan kripto dan pajak yang dipotong di sumber (TDS) sebesar 1% atas transaksi—adopsi kripto justru bertumbuh.
Menurut Chainalysis, India telah menduduki puncak Indeks Adopsi Kripto Global selama dua tahun berturut-turut, yang menggarisbawahi keterlibatan mendalam negara tersebut dengan aset digital.
Adopsi yang kuat ini sebagian besar didorong oleh penduduk muda India yang paham teknologi. Dengan lebih dari separuh penduduknya berusia di bawah 25 tahun, negara ini memiliki demografi yang secara alami cenderung ke arah inovasi digital. Perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 100 juta penduduk India memiliki mata uang kripto, angka yang didukung oleh penggunaan telepon pintar yang meluas dan akses internet yang terjangkau.
Beban Pajak yang Berat
Namun, beban pajak yang berat memiliki kekurangan. Tarif pajak 30%, ditambah dengan TDS 1%, telah menghalangi perdagangan yang sering dan mendorong beberapa investor ke rezim pajak lepas pantai. Sebuah studi oleh Esya Centre mengungkapkan bahwa orang India mengalihkan lebih dari $3,8 miliar volume perdagangan dari bursa kripto lokal ke asing, yang menyoroti tantangan pasar domestik.
Meskipun ada rintangan ini, ekosistem kripto India tetap tangguh. Bursa lokal seperti ZebPay telah mengembangkan sistem konversi fiat ke kripto yang lancar, sehingga meningkatkan aksesibilitas transaksi. Selain itu, keterlibatan pemerintah dengan sektor kripto terus berkembang. Unit Intelijen Keuangan telah mengeluarkan persetujuan regulasi untuk bursa utama seperti Binance dan KuCoin, yang menandakan potensi pergeseran ke arah lingkungan regulasi yang lebih akomodatif.