Data ekonomi yang dirilis di Amerika Serikat pada hari Rabu telah menimbulkan kekhawatiran, dengan inflasi PCE Inti naik menjadi 2,8% pada bulan Oktober.
Laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), ukuran kunci dari pengeluaran konsumen, berfungsi sebagai ukuran yang disukai Federal Reserve untuk melacak tren inflasi.
Laporan-laporan ini telah menunjukkan peningkatan biaya hidup di AS sejak bulan Juli. Sekarang, dengan ketiga ukuran inflasi utama menunjukkan tren naik, data tersebut menekankan tekanan ekonomi yang semakin meningkat.
Inflasi yang Menumpuk
Laporan-laporan ini mengungkapkan peningkatan biaya hidup sejak bulan Juli, dengan ukuran inflasi yang meningkat secara bersamaan untuk pertama kalinya sejak Februari 2022.
“Gajah di ruangan adalah bahwa inflasi telah mencapai puncaknya jauh di atas target 2% Fed,” ujar The Kobeissi Letter. Mereka lebih lanjut menekankan bahwa CPI Inti tetap di atas 3% selama 42 bulan berturut-turut, rekor terlama sejak awal 1990-an, menandakan inflasi yang terus menerus menumpuk.
Menambah tekanan inflasi, tarif yang diusulkan untuk impor dari China, Kanada, dan Meksiko dapat semakin meningkatkan harga konsumen. Ekonom dari Goldman Sachs memprediksi bahwa tarif semacam itu akan berdampak langsung pada Pengeluaran Konsumsi Pribadi, memperburuk tren yang sudah mengkhawatirkan.
Dampak pada Crypto
Inflasi yang meningkat dapat mempersulit kebijakan moneter Federal Reserve, berpotensi mengarah pada sikap yang lebih hawkish. Langkah semacam itu dapat memperkuat dolar sambil memberikan tekanan turun pada aset berisiko, termasuk cryptocurrency. Momentum bullish pasar crypto mungkin menghadapi hambatan saat investor menyesuaikan diri dengan lanskap ekonomi yang berkembang.