Dalam sebuah langkah kontroversial dan belum pernah terjadi sebelumnya, Presiden terpilih Donald Trump mengumumkan pembentukan Departemen Efektivitas Pemerintahan (DOGE), menunjuk Elon Musk dan Vivek Ramaswamy sebagai wakil pemimpin. Inisiatif ini, yang bertujuan untuk menyederhanakan pemerintahan federal, telah memicu perdebatan sengit mengenai kelayakannya, potensi konsekuensinya, dan implikasi etisnya.
Misi: Pengurangan Pemerintahan Besar-besaran
Musk dan Ramaswamy memiliki tujuan yang ambisius: memotong $2 triliun—lebih dari sepertiga anggaran federal tahunan AS—dengan mengurangi jumlah lembaga pemerintah dari 428 menjadi 99. Ramaswamy juga berjanji untuk memangkas tenaga kerja federal sebesar 75%, yang berarti menghilangkan 1,5 juta pekerjaan sipil. Pemotongan yang diusulkan ini berlaku untuk banyak layanan, termasuk program tunjangan, badan pengatur, dan belanja pertahanan.
Fondasi DOGE tampaknya didasarkan pada keyakinan bahwa pemerintahan yang lebih ramping akan menghasilkan kemakmuran ekonomi yang lebih besar. Musk, yang menganjurkan pengurangan intervensi pemerintah, telah mengutip ekonom Milton Friedman sebagai inspirasi, membagikan video di mana Friedman mengkritik ukuran dan peran lembaga federal.
Meskipun memiliki ambisi besar, DOGE merupakan badan penasihat dan bukan departemen resmi setingkat kabinet, karena pembentukan badan baru memerlukan persetujuan parlemen—rintangan yang tidak mungkin diatasi dalam iklim politik yang terpolarisasi saat ini. Sebaliknya, DOGE akan bekerja sama dengan Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB), membuat rekomendasi untuk memangkas pengeluaran federal dan meningkatkan efisiensi.
Runtuhnya Rencana: Kritik dan Akibatnya
Para kritikus mengatakan pemotongan besar-besaran terhadap lembaga-lembaga federal dan tenaga kerja akan melumpuhkan layanan penting. Program-program yang menangani kesehatan masyarakat, keselamatan, infrastruktur, dan bahkan kesiapan militer dapat menghadapi gangguan yang signifikan. Ann Skeet, pakar etika kepemimpinan di Universitas Santa Clara, memperingatkan potensi kekacauan bagi warga Amerika yang berinteraksi dengan pemerintah, mulai dari pengembalian pajak yang tertunda hingga keselamatan penerbangan yang terganggu.
Ramaswamy dan Musk berpendapat bahwa kesulitan sementara merupakan kompensasi yang diperlukan untuk efisiensi dan kemakmuran jangka panjang. Namun, pemotongan tajam seperti itu berisiko menimbulkan efek berantai pada perekonomian, terutama karena jutaan orang kemungkinan akan kehilangan pekerjaan.
Gaya kepemimpinan Musk, yang dikenal karena efisiensinya yang tegas dan terkadang kejam, merupakan poin perdebatan lainnya. Pendekatannya terhadap pengurangan tenaga kerja di X (sebelumnya Twitter) menyebabkan masalah operasional yang signifikan, dan para kritikus khawatir kesalahan serupa dapat memiliki implikasi yang luas jika diterapkan pada lembaga federal.
Rawa Moral: Konflik Kepentingan
Peran ganda Musk sebagai pengusaha dan pejabat pemerintah menimbulkan pertanyaan etika yang signifikan. Perusahaannya, termasuk SpaceX dan Tesla, telah menerima kontrak pemerintah bernilai miliaran dolar. SpaceX sendiri telah mendapatkan kontrak senilai $3,8 miliar hingga tahun 2024, sebagian besar dari NASA dan Departemen Pertahanan. Para kritikus berpendapat bahwa posisi Musk di DOGE menciptakan konflik kepentingan yang jelas, yang memungkinkannya memengaruhi keputusan yang dapat secara langsung menguntungkan bisnisnya.
Lebih jauh lagi, Musk tengah terlibat dalam perselisihan berkelanjutan dengan sejumlah lembaga federal, termasuk Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), Departemen Kehakiman (DOJ), dan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC). Pengangkatannya pada peran pengawasan pemerintah kemungkinan akan memengaruhi investigasi dan tindakan regulasi ini.
Ramaswamy, yang dikenal karena pandangan libertarian garis kerasnya, memiliki dukungan yang sama dengan Musk terhadap intervensi pemerintah yang minimal. Namun, keterlibatannya juga dikritik, terutama setelah kampanye presidennya yang gagal pada tahun 2024, yang membuatnya menjadi tokoh yang memecah belah dalam Partai Republik.
Taruhan Berisiko Tinggi
Meskipun tujuan DOGE yang dinyatakan untuk merampingkan pemerintahan dianut oleh banyak konservatif fiskal, cakupan luas rencana tersebut dan konsekuensi potensialnya telah memicu penentangan sengit. Pengangkatan Marjorie Taylor Greene ke subkomite DOGE, yang bertugas merekomendasikan pemotongan pegawai pemerintah, telah semakin meningkatkan ketegangan partisan.
Masa jabatan Musk dan Ramaswamy di DOGE akan berlangsung hingga 4 Juli 2026, yang bertepatan dengan peringatan 250 tahun Hari Kemerdekaan Amerika Serikat. Garis waktu menunjukkan suatu strategi politik yang disengaja, yang memposisikan DOGE sebagai landasan pemerintahan Trump menjelang pemilihan paruh waktu.
Saat negara bersiap menghadapi kemungkinan pergolakan, pertanyaan yang muncul adalah apakah visi Musk dan Ramaswamy tentang pemerintahan yang sangat ramping merupakan langkah berani menuju efisiensi atau pertaruhan gegabah terhadap masa depan Amerika. Apa pun yang terjadi, DOGE akan menjadi eksperimen yang menentukan dalam pemerintahan modern.