Dalam skenario perang dunia, nilai Bitcoin bisa meroket, tetapi hal ini bergantung pada beberapa faktor. Bitcoin memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya menarik di saat krisis global:
1. Perlindungan finansial
Selama konflik, mata uang fiat dapat terdevaluasi, terutama di negara-negara yang terkena dampak langsung. Bitcoin, karena terdesentralisasi dan tidak memiliki hubungan langsung dengan pemerintah, dapat menarik orang-orang yang ingin melindungi aset mereka.
2. Akses dan portabilitas
Dalam skenario perang, menarik uang dari bank atau memindahkan kekayaan fisik bisa jadi sulit. Bitcoin bersifat digital, aman, dan dapat diakses dari mana saja melalui internet, menjadikannya pilihan praktis.
3. Kelangkaan dan permintaan
Karena pasokan Bitcoin terbatas (21 juta unit), peningkatan permintaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan nilai yang signifikan.
4. Ketidakpercayaan terhadap sistem keuangan tradisional
Ketidakstabilan politik dan ekonomi sering kali melemahkan kepercayaan terhadap bank dan pemerintah, sehingga menyebabkan investor dan masyarakat mencari alternatif seperti Bitcoin.
Namun ada risikonya:
Volatilitas: Bitcoin sangat fluktuatif dan dapat naik atau turun secara drastis, bergantung pada keputusan investor besar dan pasar.
Sensor digital: Jika pemerintah yang bertikai menerapkan kontrol ketat terhadap internet, hal ini dapat mempersulit penggunaan Bitcoin.
Preferensi terhadap aset tradisional: Banyak yang masih memilih emas sebagai penyimpan nilai dalam skenario ekstrem, yang dapat membagi modal yang diinvestasikan.
Singkatnya, Bitcoin memang bisa “melonjak” nilainya dalam skenario perang dunia, terutama jika orang melihatnya sebagai tempat yang aman. Namun, perilaku pasar sangat tidak dapat diprediksi, bergantung pada konteks serta kondisi teknologi dan perekonomian.