Dalam konteks pemerintah baru AS yang akan segera dilantik, TikTok sedang menghadapi perubahan nasib. CEO-nya, Zhou Shouzi, baru-baru ini berdialog dengan Elon Musk, pemilik platform media sosial X (dulu Twitter), untuk mencari saran terkait kebijakan teknologi AS dan perkembangan masa depan. Apa strategi yang tersembunyi di balik interaksi ini? Dapatkah TikTok menemukan ruang hidup baru di bawah tekanan yang terus-menerus?

Menurut laporan (The Wall Street Journal), CEO TikTok Zhou Shouzi secara proaktif menghubungi Musk, bermaksud untuk memahami pandangannya tentang pemerintah baru dan kebijakan teknologi yang mungkin. Musk tidak hanya merupakan sosok ikonik di dunia teknologi global, tetapi juga akan menjabat sebagai kepala 'Departemen Efisiensi Pemerintah' di pemerintah baru AS, yang membuat pendapatnya sangat penting.

Meskipun dialog ini tidak membahas langkah-langkah konkret, Zhou Shouzi telah menginformasikan isi diskusi kepada jajaran atas ByteDance. Diketahui bahwa ByteDance memiliki sikap optimis yang hati-hati terhadap masa depan, tetapi rincian kebijakan baru masih dipenuhi ketidakpastian.

Nasib TikTok selalu terkait erat dengan situasi politik di AS. Pada tahun 2020, Presiden Trump saat itu menandatangani perintah eksekutif yang mencoba melarang TikTok secara total, dengan alasan 'masalah keamanan data'. Namun pada tahun 2023, calon presiden ini membalikkan posisinya selama kampanye, secara terbuka menyatakan akan 'melindungi TikTok', bahkan memposting video promosi pertama di akun TikTok resminya.

Namun, TikTok belum terbebas dari kesulitan. Pada bulan April tahun ini, Kongres AS dari kedua partai meloloskan undang-undang yang mengharuskan TikTok menjual bisnisnya di AS kepada pembeli non-Cina sebelum Januari 2024, jika tidak, akan menghadapi larangan. Titik waktu ini sangat bertepatan dengan kemungkinan Trump memulai masa jabatan kedua, sekali lagi membawa TikTok ke pusat perhatian.

Laporan menunjukkan bahwa ByteDance telah melakukan kontak dengan kedua kubu sebelum pemilihan AS, berharap untuk mendapatkan lebih banyak ruang untuk TikTok melalui respons yang fleksibel. Meskipun demikian, putaran baru undang-undang pengendalian ekspor dan tekanan keamanan data membuat posisinya semakin kompleks.

Di sisi lain, raksasa teknologi AS seperti Meta, Google, dan lainnya tetap waspada terhadap kebangkitan TikTok. Popularitas TikTok di kalangan generasi muda di AS telah menjadikannya pesaing kuat bagi media sosial lokal ini, yang mungkin juga menjadi salah satu alasan mendasar di balik pengawasan yang terus-menerus.

Langkah Zhou Shouzi menunjukkan bahwa TikTok sangat memperhatikan tekanan dari pihak AS. Namun, untuk bertahan di tengah berbagai pengawasan dan tekanan geopolitik, TikTok membutuhkan lebih dari sekadar dialog dengan kalangan politik. Mereka juga perlu melakukan penyesuaian yang lebih besar dalam hal transparansi, penyimpanan data, dan struktur bisnis untuk meredakan keraguan publik.

Sementara itu, dukungan pemerintah Cina terhadap TikTok juga mungkin berperan di saat-saat kritis. Bagaimana menemukan keseimbangan antara melindungi kepentingan perusahaan dan tidak merusak hubungan AS-Cina akan menjadi tantangan yang harus dijawab oleh ByteDance di masa depan.

Jalan TikTok di AS adalah kompetisi bisnis, tetapi juga merupakan permainan politik di bawah pola teknologi global. Meskipun dialog antara Zhou Shouzi dan Musk tidak langsung mengubah situasi, itu mencerminkan realitas kompleks dari persaingan teknologi antara AS dan Cina saat ini. Di panggung yang dipenuhi dengan berbagai kekuatan ini, langkah selanjutnya TikTok akan menarik perhatian global.

Cari$SAND