Volatilitas yang direalisasikan dalam Bitcoin ($BTC) telah secara konsisten menurun sejak pandemi. Perubahan ini menciptakan tantangan bagi spekulan ritel. Dengan menurunnya volatilitas, peluang untuk menghasilkan pendapatan tinggi melalui operasi jangka pendek menurun. Bagi para trader individu, perubahan perilaku pasar semacam itu adalah gangguan.

Volatilitas yang direalisasikan telah menurun pasca-pandemi. Ini buruk bagi spekulan ritel tetapi menguntungkan bagi entitas korporat besar dan pemerintah yang mulai melihat Bitcoin sebagai kelas aset. pic.twitter.com/Z2TgyaNYu6

— Axel Adler Jr (@AxelAdlerJr) 23 November 2024

Volatilitas Bitcoin yang Stabil Meningkatkan Minat Institusional, Kata Analis

Namun, entitas korporat besar dan pemerintah melihat situasi dengan cara yang berbeda. Menurut Axel Adler Jr., seorang analis riset di CryptoQuant, institusi semacam itu diuntungkan oleh stabilisasi tingkat volatilitas. Karena harga yang berfluktuasi ini, Bitcoin dianggap oleh banyak orang sebagai investasi yang berisiko ketika harga relatif stabil. Selanjutnya, semakin jelas bahwa Bitcoin adalah kelas aset yang nyata.

Entitas bisnis berinvestasi dalam Bitcoin untuk bertindak sebagai lindung nilai terhadap aset konvensional. Bahkan pemerintah sedang mempertimbangkan ini sebagai alat untuk mempertahankan nilai terhadap inflasi. Seiring dengan berkurangnya volatilitas, penggunaan Bitcoin meningkat di antara entitas ini, yang mampu menyerap volatilitas harga.

Bitcoin Mendapat Pengakuan Sebagai Aset Jangka Panjang untuk Institusi

Lingkungan pasar yang berubah ini menyebabkan pergeseran baru dalam persepsi Bitcoin. Sementara spekulan ritel gagal mencapai volatilitas yang diinginkan, investor institusional menemukan peluang baru. Tren yang muncul menunjukkan bahwa penggunaan Bitcoin semakin menjadi instrumen investasi keuangan. Ini menjadi lebih dari sekadar alat spekulatif, dengan nilai jangka panjang yang diakui oleh pelaku besar di dunia keuangan.