Harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi di bawah pengaruh ganda pemilihan Trump dan prospek kebijakan Fed. Di balik lonjakan ini, ada dorongan dari ekspektasi kebijakan, serta menyoroti karakter spekulatif pasar, dengan volatilitas yang jelas meningkat setelah lonjakan besar. Para peserta pasar yang optimis masih memperhatikan lonjakan ini, terutama apakah dapat mendorong harga Bitcoin melewati batas $100,000. Tak terhindarkan.
Lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini dimulai pada 5 November 2024, saat pemilihan umum AS, dan pada 13 November sempat melampaui $93,400 yang merupakan puncak historis, naik sekitar 35% dari sebelum pemilihan.
Faktor yang mendorong lonjakan ini berasal dari dua sisi: pertama, data inflasi AS sesuai dengan ekspektasi analis, mendorong trader untuk meningkatkan taruhan mereka bahwa Fed akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember; kedua, janji Trump selama kampanye untuk meluncurkan serangkaian kebijakan yang mendukung perkembangan cryptocurrency, yang sangat meningkatkan sentimen pasar. Partisipasi aktif dari investor institusi memberikan dorongan baru bagi pasar.
Data menunjukkan bahwa jumlah kontrak terbuka untuk futures Bitcoin di Chicago Mercantile Exchange mencapai rekor historis 35,973 kontrak pada bulan November, dengan nilai nominal mencapai $13.9 miliar.
Sejak hari pemilihan pada 5 November, ETF Bitcoin spot AS telah mendapatkan arus masuk bersih sebesar $4.7 miliar, total aset ETF Bitcoin yang diterbitkan oleh 12 lembaga telah mencapai sekitar $94 miliar.
Namun, keberlanjutan lonjakan ini terkena dampak jangka pendek.
15 November, setelah Ketua Fed Powell menyatakan bahwa tidak perlu terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, harga Bitcoin jatuh di bawah $87,000, turun sekitar $6,500 dari puncak historis pada 13 November.
$100,000 mungkin bisa dicapai? Trader optimis masih aktif melihat ke arah positif. Janji kebijakan dari kubu Trump menjadi pendorong penting untuk pergerakan pasar ini.
Perlu dicatat bahwa semangat partisipasi investor individu juga meningkat. Data pencarian Google menunjukkan bahwa volume pencarian terkait Bitcoin telah melonjak ke tingkat sebelum krisis industri 2022.
Seiring dengan ekspansi ukuran pasar, fluktuasi harga Bitcoin mungkin akan semakin tajam, investor perlu memperhatikan berbagai faktor risiko. Lembaga percaya bahwa beberapa faktor akan mempengaruhi keberlanjutan lonjakan harga Bitcoin ini.
Pertama adalah arah kebijakan moneter Fed, jika inflasi kembali muncul yang menyebabkan pengetatan kebijakan moneter, mungkin itu akan menjadi hambatan bagi Bitcoin. Kedua adalah implementasi kebijakan spesifik pemerintahan Trump, termasuk pengaturan kerangka regulasi dan pembentukan cadangan strategis, dll. Selain itu, tingkat partisipasi investor institusi yang berkelanjutan juga akan menjadi faktor kunci, karena aliran dana mereka sering dapat mempengaruhi pergerakan pasar.
Perlu dicatat bahwa perubahan dalam pasokan stablecoin telah menjadi indikator penting di pasar, pertumbuhan pasokan stablecoin tidak hanya mencerminkan kepercayaan pasar terhadap cryptocurrency, tetapi juga menyediakan potensi dukungan untuk kenaikan harga di masa mendatang.
Data menunjukkan bahwa sejak 5 Agustus 2024, Tether telah mencetak lebih dari 7 miliar USDT di blockchain Ethereum.
Perlu dicatat bahwa emosi spekulatif di pasar dapat menyebabkan fluktuasi harga yang tajam. Namun, konsentrasi posisi ini juga dapat membawa risiko fluktuasi harga.